Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
22 jam yang lalu
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
2
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
22 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
3
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
23 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
4
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
22 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
5
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
Olahraga
19 jam yang lalu
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
6
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series
Olahraga
17 jam yang lalu
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series
Home  /  Berita  /  Umum
Wisata Kuliner

Pisang Sale Aceh, Makanan Khas Tradisional yang Hilang di Pasaran

Pisang Sale Aceh, Makanan Khas Tradisional yang Hilang di Pasaran
Pisang sale Aceh. [google]
Selasa, 18 Oktober 2016 17:16 WIB
Penulis: Jamaluddin Idris
LHOKSUKON - Pisang sale, adalah makanan khas tradisional yang berbahan dasar pisang. Makanan khas yang dikenal bertempat produksi di Langkahan, Kabupaten Aceh Utara kini menghilang di pasaran. Jajanan tradisional yang satu ini bukanlah hilang karena tergeser oleh makanan asing, melainkan sumber bahan bakunya yang sudah punah.

"Seingat saya, tahun 2005 itu terakhir produksi pisang sale di Langkahan. Memasuki tahun 2007, sumber untuk makanan khas ini mulai hilang. Ribuan hektar tanaman pisang di kawasan ini mati secara perlahan, hingga sekarang sudah tidak ada lagi produksi pisang sale," kata Zahiri, (40), warga Gampong Geudumbak kepada GoAceh, Selasa (18/10/2016).

Zahiri mengatakan, sebagian tanaman pisang yang sudah berbuah waktu itu tiba-tiba membusuk. Secara perlahan, penyakit yang belum diketahui jenisnya itu terus menyerang ribuan hektar tanaman pisang lainnya.

"Buahnya yang sudah siap dipanenkan, tiba-tiba menguning layu, lalu membusuk. Upaya yang kami lakukan tidak membuahkan hasil. Tahun 2008 lalu, pihak Dinas Pertanian dari provinsi juga pernah datang dan melihat langsung jenis penyakitnya, namun mereka juga bingung," ucap Zahiri.

Hal yang sama juga disampaikan Muslem, (42), warga Tanjoeng Dalam. Ia mengatakan, pisang sale yang kerap dijadikan makanan khas tradisional di luar daerah sempat megah hingga ke Malaysia.

"Namun itulah musibah, itu bala dari Allah. Dulu, kami ekspor pisang sale ke Medan. Namun, banyak pembeli susah menempuh daerah Langkahan, akhinya kami pusatkan pasarannya di Lhoknibong, Aceh Timur dan Pantonlabu, Aceh Utara. Kedua lokasi ini sempat dikenal sebagai sentral tempat pisang sale. Setiap orang turun bus langsung tanya pisang sale," ujar Muslem.

Dikatakan, di Langkahan, hampir setiap pintu rumah warga memiliki tempat produksi pisang sale. Namun, sekarang alat produksi pisang sale itu hanya ada sebagian lagi di rumah warga. Bahkan, banyak warga yang sudah mengalihkan tanaman pisang menjadi tanaman sawit.

Muslem menyampaikan, proses pembuatan pisang sale ini membutuhkan langkah-langkah yang sederhana. Hanya saja waktu yang dibutuhkan lebih kurang lima hari. Pisang yang sudah kuning, di jemur di terik mata hari hingga lima hari. Langkah selanjutnya yaitu pengasapan diatas api untuk agar pisang yang sudah mengering menjadi berair licin.

"Sayangnya, sekarang pisang sale sudah tidak ada lagi. Meski banyak tanaman pisang di daerah lain, namun produksi pisang sale tidaklah seperti yang diproduksi di Langkahan. Kami berharap kepada pemerintah agar segera mencari solusi untuk hama yang menyerang tanaman pisang," harapnya.

Kategori:Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/