Harga Meroket, Pembeli dan Pedagang Cabe Merah di Kepulauan Meranti Sama-sama Mengeluh
Penulis: Safrizal
Hal itu sebagaimana diakui Niar (30) salah seorang pedagang cabe di Tanjungharapan, Selatpanjang. Kata Nur, pribadinya sebagai pedagang, Ia ingin harga cabe tetap murah. Sebab, selalin mempermudah masyarakat membeli, juga gampang menjualnya. "Kalau harga cabe mahal kami sulit menjualnya," aku Niar.
Baca Juga: Buset, Harga Cabe Merah di Kepulauan Meranti Tembus Rp110 Ribu Perkilogram
Kata Niar lagi, kalau saat harga cabe merah mahal seperti sekarang, masyarakat yang biasanya membeli banyak, akan mengurangi (belanjaannya, red). Biasanya masyarakat membeli di atas satu kilogram, kini membeli cabe merah kurang dari satu kilogram. "Sekarang berkurang di bawah satu kilogram. Tak sedikit pula yang membeli per ons," beber Niar.
Baca Juga: Pulang dari Pasar, Ibu-ibu di Siak Mengeluh Harga Cabe Capai Rp110 ribu perkilogram
Seperti yang terjadi minggu pertama Oktober 2016 ini, kata Niar lagi, ini murni karena faktor bencana alam. Dimana, ada daerah pemasok (Jawa dan Sumbar, red) sedang mengalami kebanjiran. Menurut Niar juga, memainkan harga cabe dengan cara penimbunan tidak akan terjadi. Sebab, menurut perempuan usia 30 tahun itu, cabe tidak sama dengan bawang. "Kalau cabe ditimbun, ya busuk. Tidak sama dengan bawang," ujar Niar.
Baca Juga: Baca Juga: Diseprindag Sebut Kurangnya Pasokan Membuat Harga Cabe di Duri Melambung Jalan Lintas Timur Sumatera Macet Total, Harga Cabe Merah Sumatera Barat di Mandau Naik
Sementara ketika ditanya kapan biasanya harga cabe merah akan normal, Niar menuturkan terpaksa harus menunggu panen berikutnya. Sebab, harga akan susah distabilkan andai hasil produksi barang terjadi penurunan. "Untuk harga normal, kita tunggu saja hasil panen berikutnya," kata Niar. ******#Semua Berita Kep Meranti, Klik di Sini
Kategori | : | Ekonomi |