Asyik Ikut Maauwo Ikan di Danau Bakuok Desa Aur Sakti Kampar, Cucu Semata Wayang Gubernur Riau Ogah Diajak Pulang
Penulis: Ratna Sari Dewi
Seakan tak peduli dengan cuaca panas yang menyengat, cucu Andi Rachman yang diketahui bernama Giar ini terlihat antusias saat digendong atuknya menuju perahu karet milik Basarnas Kampar. Begitu semangatnya untuk segera bergabung menjala ikan, Giar pun terburu-buru membantu atuknya memasang life jacket.
Akhirnya, dengan sabar, ndi Rachman mengajak cucunya itu bertegur sapa dengan sejumlah masyarakat yang tengah menjala. Melihat jala-jala dilempar dan berhasil menjerat ikan-ikan, Giar tampak terheran-heran dan banyak bertanya kepada atuknya mengenai ikan-ikan yang sedang ditangkap masyarakat.
Untuk mengurangi rasa penasaran anak cerdas itu, masyarakat pun memberikan dua ekor anak ikan. Usai menyimpan dua ekor anak ikan ke dalam botol aqua, tampaknya Giar belum cukup puas. Meski perahu karet yang mereka tumpangi sudah berlayar separuh dari panjang danau larangan itu, Giar tetap merengek-rengek meminta kepada atuknya untuk mengarungi Danau Bakuok lebih jauh lagi.
Alhasil, Andi Rachman pun terpaksa mengeluarkan strategi jitu membujuk cucunya itu untuk menyudahi kegiatan naik perahu. "Atuk tanya pak polisi dulu ya, boleh nggak pergi ke sana. Kalau pak polisi bilang nggak boleh, kita pulang ya," ungkap Andi Rachman kepada cucunya sembari memberikan kode untuk diiyakan.
Dengan sangat berat hati, akhirnya perahu karet yang ditumpangi Gubernur Riau bersama cucu dan rombongan ini pun putar balik menuju tepi Danau Bakuok.
Pantauan GoRiau.com di lapangan, ada sekitar 10.000 orang yang berasal dari penjuru Kampar dan Kota Pekanbaru berkumpul untuk 'mengepung' ikan di danau larangan itu.
Tradisi yang disebut Maauwo ini dilakukan di sepanjang danau yang memanjang kurang lebih satu kilometer itu. Dan jangan salah, danau ini merupakan kawasan yang dilindungi hukum adat.
Tak pandang usia, anak-anak hingga dewasa tumpah ruah menjala ikan menggunakan sampan. Kemudian, kalangan ibu-ibu rumah tangga senantiasa setia menunggu di dalam pondok-pondok yang mereka dirikan untuk memasak dan menjual ikan hasil jala mereka.
Menurut penuturan salah seorang warga asal Kecamatan Tambang yang turut memeriahkan acara, Abu Nawas (45) menceritakan, bahwa tradisi ini sudah turun menurun sejak ia kecil dulu. Namun, pada saat itu memang belum seramai seperti hari Minggu (13/11/2016) ini.
"Waktu saya kecil dulu, udah ada (acara Maauwo). Saya tidak tahu pasti sejak kapan dimulai. Memang tak seramai ini dulunya," tutur Abu Nawas saat berbincang hangat sembari menikmati masakan ikan Motan hasil tangkapan di danau larangan ini.
Selain dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengisi waktu libur, gelaran tradisi ini pun dimanfaatkan masyarakat tempatan untuk mengais rejeki. Berbagai jajanan ikan panggang, kuliner khas Kampar, hingga jajanan anak-anak dijajakan untuk menarik selera pengunjung yang datang. (*/dnl)
Sumber | : | Vlog: RaeshaRatna |
Kategori | : | Riau, Pemerintahan |