Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
15 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
2
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
14 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
3
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
13 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
4
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
Umum
11 jam yang lalu
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
5
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
Olahraga
9 jam yang lalu
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
6
Menpora Dito Ajak Dukung Apriyani cs, Ricky Subagja: Tidak Ada Yang Tak Mungkin
Olahraga
13 jam yang lalu
Menpora Dito Ajak Dukung Apriyani cs, Ricky Subagja: Tidak Ada Yang Tak Mungkin
Home  /  Berita  /  Riau

Ini Makna Dibalik Tradisi Sema Rantau di Desa Tanjung Beringin Kampar Kiri Hulu

Ini Makna Dibalik Tradisi Sema Rantau di Desa Tanjung Beringin Kampar Kiri Hulu
Tradisi Sema Rantau.
Minggu, 27 November 2016 08:44 WIB
Penulis: Ratna Sari Dewi
PEKANBARU - Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Riau memiliki sebuah tradisi unik, yakni Sema Rantau yang artinya membersihkan/mengobati.

Menurut Datuok Pucuk tetua adat di Desa Tanjung Beringin tersebut, tradisi ini merupakan ritual untuk membersihkan diri dari segala dosa yang dilakukan warga desa, baik yang sengaja maupun tidak disengaja dilakukan.

Sema Rantau juga dilakukan sekaligus dilaksanakan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan semesta yang telah memberi rahmat air dan ikan yang berlimpah.

Terkadang, Sema Rantau akan dilakukan ketika terjadi suatu musibah di kampung, seperti halnya gagal panen padi karena diserang hama ataupun ketika salahseorang warga tempatan menjadi korban mangsa raja sungai maupun raja hutan.

Dalam rangkaian ritual Sema Rantau itu, akan ada pemotongan kerbau untuk diambil kepala, hati dan bagian jantungnya. Pembagiannya, hati dan jantung diantar ke makam Datuok Page yang bergelar Datuk Harimau. Sementara, kepala kerbaunya dibuang ke dasar sungai dan sisa dagingnya dibagi-bagikan ke warga setempat.

Sebelum memulai Sema Rantau, Datuok Pucuk dan warga akan berziarah ke dua makam, yaitu makam Datuok Page dan Datuok Darah Putih. Konon, datuk tersebut berdarah putih, sakti dan dulunya disegani masyarakat.

Selesai berziarah, warga berbondong-bondong menaiki perahu yang biasanya disebut piyau menuju ke hulu sungai yang dinamakan Lubuok. Di tempat tersebut, prosesi terakhir Sema Rantau dilakukan yaitu dengan membuang kepala kerbau ke dalam sungai oleh tetua adat.

Sembari dibacakan doa, kepala kerbau tersebut berangsur masuk ke dalam air. Usai ritual, warga setempat makan bersama di pinggir sungai sekaligus menikmati keindahan alam yang masih asri.

Selain Sema Rantau, warga Desa Tanjung Beringin kerap melakukan mancokau ikan. Dimana, tetua adat akan membacakan doa sebelum melempar jala pertama tanda dimulainya acara adat. Hasil menjala itu akan berlanjut pada acara pelelangan ikan dengan harga yang murah.

Usai mancokau ikan, biasanya dilanjutkan dengan tradisi pacu bagala. Tradisi isi dilestarikan untuk mengingat para raja atau para tetua dulu yang selalu menggunakan perahu dan gala untuk menyusuri sungai ke desa-desa yang berada di daerah pinggiran Sungai Subayang. Dulu, perahu merupakan alat transportasi satu-satunya. ***

Kategori:Pemerintahan, Riau
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/