Sering Dipukuli, Cerita Pilu Penghuni Panti KM 20 Milik Yayasan Tunas Bangsa Ini Bikin Orang Terbelalak
Penulis: Chairul Hadi
Mereka bercerita, makan diberi dua kali sehari, saat siang dan sore. Bisa dibilang cuma untuk mengganjal perut saja. "Kadang isinya sayur, sekali-sekali ikan atau ayam. Makan dua kali, dikasih dari jendela terali besi," ungkap Andi.
Andi yang mengaku sudah puluhan tahun di tempatkan di sana mengaku sudah tak kuat lagi. "Tolong bawa aku dari sini. Tak kuat, tak ada siapa-siapa di sini. Aku pengen pula lihat mobil," tuturnya dengan mata berkaca-kaca kepada tim gabungan yang Sidak ke sini, Minggu (29/1/2017) siang.
Menurut cerita, penghuni kerap mendapat siksaan. Ada pula yang dipukul menggunakan kayu. Saat itu ditanyakan kepada Andi, mendadak ia menangis dan menjauh dari terali jendela.
"Tak mau, takut cerita, nanti dimarahi. Ndak-ndak mau. Aku tak tahu kalau itu," ungkap Andi sambil menangis. Wajah panik tak bisa ditutupi dari wajahnya, sedangkan teman sekamarnya hanya bisa diam. Andi lalu berjongkok sambil menghapus airmatanya.
Penghuni lainnya yang lebih berani mengakui kalau pemukulan memang ada terjadi. Ia juga sering mengalaminya. "Sering, tanpa ada alasan yang jelas. Kadang pakai tangan kadang pakai kayu," sebut pria itu kepada GoRiau.com (GoNews Group).
Hasil penelusuran di panti ini, penghuninya mandi dan makan di dalam kamar. Semua menjadi satu dan bercampur baur. Sesekali mereka diizinkan ke luar kamar, meski sebentar saja. Baca Juga: Tragis! Begini Kondisi Panti Jompo dan Gangguan Jiwa di KM 20 Milik Yayasan Tunas Bangsa
"Di halaman ini main-main. Setelah itu disuruh masuk lagi," tuturnya. Terlihat kamar tempat mereka tinggal sangat jauh dari kata layak. Aroma menyengat menyeruak dan banyak sampah di sana-sini.
Sedangkan air minum dicampur dengan air mandi dan BAB, yang diletakkan di dalam ember, digantung di depan jendela. "Ngambilnya pakai gelas," jelas mereka. Terlihat airnya berwarna kuning dan embernya sudah kusam.
"Kita miris sekali. Di sini tidak ada air bersih, makanan tidak layak dan jamban berada di dalam kamar bercampur. Tidur mereka tak pakai kasur. Kondisi tersebut betul-betul jauh dari sehat," ungkap Rosita, dari Dinas Kesehatan Provinsi.
Rosita yang diwawancarai GoRiau.com (GoNews Group) usai Sidak melanjutkan, ia mengaku terenyuh melihat keadaan para penghuni panti. "Potensi penyakit banyak di sini, misalnya diare, dengan kondisi lembab bisa berpotensi muncul paru-paru basah," sebut dia.
Adapun Mingu siang tadi, tim gabungan dari Lembaga Perlindungan Anak Riau, Dinas Kesehatan dan perwakilan Kemensos menggelar inspeksi mendadak ke panti KM 20 Tenayan Raya, yang bernaung di bawah yayasan Tunas Bangsa.
Seperti yang diketahui, yayasan ini jadi perhatian banyak orang setelah salah seorang anak titipan berusia 18 bulan meninggal dunia di rumah sakit dengan kondisi tak wajar. Dari sana terbongkar, kalau selama ini yayasan tidak memberlakukan penghuninya secara tak baik. ***
Kategori | : | Hukum, Peristiwa, GoNews Group |