Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
24 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
2
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
18 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
3
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
19 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
4
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
23 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
5
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
Olahraga
13 jam yang lalu
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
6
Cetak Sejarah Baru, Timnas U 23 Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23
Olahraga
13 jam yang lalu
Cetak Sejarah Baru, Timnas U 23 Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Pengusaha Jernang di Lhokseumawe Merugi

Pengusaha Jernang di Lhokseumawe Merugi
Ilustrasi
Senin, 20 Februari 2017 23:25 WIB
Penulis: Firman Deski

LHOKSEUMAWE – Pengusaha pengolahan getah buah rotan jernang di Kota Lhokseumawe, mengalami kerugian akibat tingginya biaya operasional dan tidak diimbangi harga jual.

Salah seorang pengusaha buah rotan jernang di Kota Lhokseumawe, Safaruddin, mengatakan, biaya operasional yang dikeluarkan untuk membeli buah jernang yang masih mentah, untuk 100 kilogram mencapai Rp45 juta.

Apabila sudah ditumbuk halus dan menjadi tepung, maka beratnya hanya mencapai 30 kilogram. Sehingga sangat tidak seimbang dengan biaya operasional yang telah dikeluarkan untuk membeli buah yang masih mentah.

“Biaya operasional yang dikeluarkan cukup tinggi dan belum lagi biaya untuk transportasi saat dikirim ke Medan, juga sangat tinggi. Sehingga kami mengalami kerugian,” ujar Safaruddin.

Biaya transpotasi untuk pengiriman barang ke Medan, katanya, sebesar Rp2 juta, sedangkan harga jual hanya berkisar Rp 1,6 juta saja. “Apabila ada permintaan, maka transaksinya lebih baik di Aceh saja dan tidak perlu di Medan. Selain membutuhkan biaya yang cukup besar, juga sangat membuang-buang waktu,” tutur Safaruddin.

Ia mengaku sudah tiga tahun menjadi pengusaha buah jernang dan baru sekarang mengalami kerugian hingga mencapai Rp 12 juta. Buah jernag tersebut, diperoleh dari beberapa kabupaten yang melakukan budidaya, seperti di Kabupaten Aceh Tenggah, Aceh Barat dan sebagian di Aceh Utara.

“Saya kemudian menjualnya ke Medan, kemudian pengusaha di Kota Deli tersebut baru mengekspor ke Negara Cina,” kata Safaruddin.

Editor:Zainal Bakri
Kategori:Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/