Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
Olahraga
20 jam yang lalu
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
2
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
Olahraga
20 jam yang lalu
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
3
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel
Olahraga
17 jam yang lalu
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Gerakan Pemuda Islam Indonesia Sambangi Dubes Arab, Berharap Bisa Dialog dengan Raja Salman

Gerakan Pemuda Islam Indonesia Sambangi Dubes Arab, Berharap Bisa Dialog dengan Raja Salman
Ilustrasi.
Senin, 27 Februari 2017 17:11 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Raja Arab Saudi, Salman Bin Abdul Aziz Al Saud dijadwalkan akan datang ke Indonesia pada Tanggal 01 sampai 09 Maret 2017.

Selama Sembilan hari di Indonesia tentu banyak agenda kenegaraan yang dibawa untuk memperkuat hubungan kerja sama bilateral antara kedua negara tersebut.

Kunjungan kenegaraan ini juga sangat besar pengaruhnya bagi umat Islam Indonesia yang sedang panas-panasnya karena kasus penistaan agama. Namun umat islam Indonesia berharap, hal itu tidak menjadi persoalan krusial yang mengakibatkan ketegangan antara pemerintahan Indonesia dan kerajaan Arab Saudi.

Dengan rencana kedatangan Raja Salman tersebut, Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPP) menyambangi dubes Arab Saudi di Indonesia dengan harapan nantinya bisa berdialog langsung dengan Raja Salman.

"Kita berharap setidaknya, ada dua hal menjadi catatan penting atas kunjungan ini. Terutama, kunjungan ini adalah yang pertama bagi raja Arab Saudi setelah hampir 47 tahun ini tidak pernah ada kunjungan ke Indonesia. Padahal pasca reformasi, Presiden Gus Dur, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono maupun Jokowi telah berkunjung ke Kerajaan Arab Saudi. Tetapi, seperti kita ketahui, sejak tahun 1970, tidak ada kunjungan Raja Saudi ke Indonesia. Ini sesuatu yang berharga bagi Indonesia," ujar korlap GPII, Farizs Rama Putra dalam keterangan persnya, Senin (27/2/2017).

Walaupun Indonesia-Arab Saudi secara historis memiliki hubungan khusus karena kesamaan agama, kata dia, tetapi selama ini hubungan bilateral kedua negera tidaklah sekuat sebagaimana diasumsikan banyak kalangan.

"Kita ketahui Indonesia tidak menjadi mitra strategis bagi Arab Saudi, strategi polurgi Indonesia cenderung berkiblat ke Barat. Isu-isu yang dominan justru berkaitan dengan masalah-masalah tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia di Saudi," tandasnya.

Dan katanya lagi, ada mispersepsi di antara kedua negara ini sehingga berpengaruh terhadap tidak optimalnya hubungan bilateral keduanya. Saudi yang sering menggunakan strategi bantuan (politics of assistance) lebih banyak memfokuskan kerjasama di bidang keagamaan dengan membangun fasilitas-fasilitas keagamaan (rumah ibadah) maupun sekolah-sekolah agama semata. Uniknya, peran diplomasi Kerajaan Arab Saudi di Indonesia lebih banyak dilakukan oleh atase agama karena tidak adanya atase perdagangan maupun pendidikan.

Kedua, perubahan politik dunia, terutama di Amerika Serikat (AS) yang sedang kurang bersabahat dengan Islam dan Timur Tengah. Maka kunjungan Raja Salman ke Indonesia menjadi sangat penting maknanya. Kebijakan Presiden Trump yang diskriminatif terhadap Islam dan Timur Tengah, membuat ketidaknyamanan bagi para investor Timur Tengah. Kemudian Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia mulai dilirik oleh negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Dari sisi investasi, Arab Saudi memiliki potensi yang sangat besar. Sebagian besar orang-orang kaya Saudi adalah keluarga istana. Sebut saja Pangeran Walid bin Talal bin Abdul Aziz adalah termasuk orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai USD 20 miliar. Dengan lahan investasi terbuka di Indonesia, maka sangat memungkinkan kerjasama itu diperkuat.

Menurutnya, sangatlah naif kalau Indonesia justru belajar kepada negara-negara Timur Tengah dalam memerangi terorisme tetapi tidak optimal memanfaatkan potensi ekonomi yang luar biasa ini. Kepentingan ekonomi menjadi sangat penting dibanding masalah keagamaan dan keamanan saja. 

Besarnya rombongan Raja dan lamanya kunjungan telah mengukuhkan karakteristik politik luar negeri Saudi yang dibangun atas dasar kekeluargaan, persahabatan dan kepercayaan.

Dengan demikian kedua negara ini akan duduk sebagai dua negara yang sejajar dan berpengaruh di dunia Islam dan Timur Tengah. "Kami melihat sesugguhnya kedatangan beliau ialah melihat keadaan yang terjadi di negeri ini. Situasi sosial politik yang kurang baik, kasus penodaan agama yang tdk serius. Belum lagi halnya melihat keterpurukan ekonomi yang sangat serius menerpa negeri ini. Oleh karena itu Indonesia membutuhkan bantuan untuk menyelematkan bangsa ini dari kehancuran yang selama ini dapat dilihat berkiblat dengan investor negara lain. Yang memiliki riba yang tinggi dan memiliki misi yang merusak ideologi bangsa ini," paparnya.

Ia juga berharap, mudah-mudahan kedatangan Raja Salman ke Indonesia membawa kondisi yang berbeda.

Oleh karena itu, kami Bidang Hubungan Internasional Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) dalam hal ini meminta :

1. Yang Mulia Raja Salman menjadi Tokoh Perdamaian Dunia, dan Ikut Serta dalam Penyelesaian Konflik di Timur Tengah.

2. Yang Mulia Raja Salman untuk meningkatkan Kerjasama di bidang Ekonomi. Tidak hanya selama banyak hanya di bidang Agama dan Pendidikan.

3. Yang Mulia Raja Salman untuk dapat Meningkatkan Kuota Haji Indonesia, menyediakan fasilitas memadai dan memberikan rasa aman bagi jamaah haji Indonesia.

4. Meminta  Yang Mulia Raja Salman untuk bisa memberikan waktu menggelar dialog langsung dengan perwakilan Pemuda Islam Indonesia. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/