Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
19 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
2
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
22 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
3
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
14 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
4
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
14 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
5
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
19 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
6
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
Olahraga
9 jam yang lalu
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Erdogan: Negara-negara Eropa Tak Senang dengan Kebangkitan Turki

Erdogan: Negara-negara Eropa Tak Senang dengan Kebangkitan Turki
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Selasa, 14 Maret 2017 10:05 WIB

ISTANBUL - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, beberapa negara Uni Eropa tidak dapat menerima kebangkitan Turki. Ia menuduh negara-negara itu bekerja sama melawan suara 'Ya' pada referendum konstitusi Turki, 16 April mendatang.

"Beberapa negara Uni Eropa, sayangnya, tidak bisa menerima bangkitnya Turki, dan Jerman ada di daftar paling atas. Jerman tanpa henti mendukung terorisme," kata Erdogan, dalam sebuah wawancara yang disiarkan langsung di saluran lokal A Haber dan jaringan ATV, Senin (13/3) seperti dikutip Anadolu.

Presiden Erdogan juga mengecam Kanselir Jerman Angela Merkel. Pada Senin (13/3), Merkel mengatakan ia mendukung penuh dan memberikan solidaritas terhadap Belanda, dalam pertikaian yang terjadi antara Turki dan Belanda.

"Merkel! Anda memalukan! Mendukung Belanda, seperti yang Anda inginkan. Anda mendukung teroris," ujar Erdogan. Ia menambahkan, Turki telah mengirimkan 4.500 file teroris kepada Jerman. Namun Jerman tidak melakukan tindakan apa pun.

Pernyataan Erdogan itu disampaikan di tengah kebuntuan masalah antara Turki dan Belanda. Sebelumnya pemerintah Belanda melarang pertemuan yang direncanakan menteri Turki di Rotterdam, menjelang referendum.

Pada Sabtu (11/3), Pemerintah Belanda membatalkan izin penerbangan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu ke Belanda. Belanda juga memblokir konvoi yang membawa Menteri Keluarga Turki Fatma Betul Sayan Kaya dan memaksanya meninggalkan negara itu di bawah pengawalan polisi.

Warga Turki yang melakukan unjuk rasa damai di Rotterdam, harus berhadapan dengan pentungan dan meriam air polisi Belanda. Peristiwa itu menuai kritik keras dari pemerintah Turki yang telah mengirim nota diplomatik ke Belanda sebagai protes.

Dua pekan lalu, menteri pemerintah Turki juga dilarang melakukan pertemuan di dua kota di Jerman. Erdogan mengatakan, ia tidak akan puas jika Belanda hanya memberikan permintaan maaf terkait masalah ini. "Mereka akan membayar harga untuk ini cepat atau lambat," ungkap dia.

Erdogan menuduh Jerman dan Belanda mengabaikan Konvensi Wina. Ia juga menyebut mereka sebagai negara fasis yang melakukan praktek Nazi. "Kita bisa menyebutnya Neo-Nazisme. Itu pemahaman mereka tentang Konvensi Wina," kata Erdogan.

Konvensi Wina merupakan perjanjian internasional yang ditandatangani pada 1961, yang mendefinisikan kerangka kerja hubungan diplomatik antara negara-negara merdeka. Konvensi tersebut juga menentukan hak-hak istimewa misi diplomatik yang memungkinkan diplomat untuk menjalankan fungsi mereka tanpa takut adanya paksaan atau pelecehan oleh negara tuan rumah.

Presiden Erdogan juga menyuarakan dukungan terhadap perubahan konstitusi yang diusulkan. Salah satunya peraturan yang akan menurunkan usia minimum sebagai syarat menjadi anggota parlemen dari usia 25 hingga 18 tahun.

"Apa yang lebih indah dari ini? Ini membuka jalan bagi semua orang muda di Turki untuk mengambil langkah tegas terhadap masa depan. Energi mereka akan menyegarkan parlemen Turki," ujar Erdogan.(rol)

Editor:Arie RF
Sumber:republika.co.id
Kategori:GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/