Atasi Bencana Ekologis, LAM Riau Harus Progresif
Penulis: Safrizal
Katanya, fluktuasi cuaca akhir-akhir ini harus dapat diantisipasi dengan seksama. Belum lama titik api muncul, tiba-tiba jalan protokol pekanbaru kebanjiran. Padahal, negeri Melayu Riau ini punya kearifan lokal dalam menata bentangan alam, cuaca dan pola pemanfaatan ruang ekologis.
"Nah, di sinilah peran strategis LAM Riau dalam merevitalisasi bentuk-bentuk kearifan lokal yang bedelau itu secara agresif dan struktural," kata Elviriadi.
Dijelaskan Dosen Fapertapet UIN Suska ini, secara agresif maksudnya agar segera menyurati, mempertegas, dan memberi komando kepada LAM Kabupaten hingga ke kampung untuk memperkuat, menggali kearifan lokal dalam mengatur alam lestari. Sedangkan secara struktural, LAM sebagai pemangku negeri dan pewaris sah rantau Melayu harus percaya diri mengintervensi hukum positif yang dengan mudah meminggirkan nilai-nilai adat resam yang unggul itu.
Diakui Elv, Bulan Ramadan 1438 H kemarin ia menjadi narasumber bersama Dirkrimsus Polda Riau dalam acara Talksow Selamatkan Hutan, Lestarikan Alam. Di depan audiens, telah pula disampaikan bahwa konsep bakar lahan/ ladang orang melayu punya tata cara tertentu agar api tidak melarat (menjalar), dan bentuk-bentuk kemaslahatan ekologis lainnya. Jadi, UU No 18 Tahun 2018 tentang Pembakaran Lahan itu dianggap masih bisa 'dirunding'.
"Pengurus LAMR harus bersilaturahim dengan kepolisian agar konsep kearifan lokal dipertimbangkan dalam penegakan hukum lingkungan," ungkap lelaki tambun penggemar buku biografi para tokoh.
Dengan berperan aktifnya LAMR di tingkat kabupaten/ kota sampai LAM Desa, maka pengurus Majelis Nasional KAHMI itu yakin Karhutla bisa ditekan pada tahun mendatang (berikutnya). Katanya lagi, dalam nasehat tetua Melayu, sudah komplit tentang pola bertanam, musim dan arah angin (diperhatikan) ketika buka lahan dengan cara membakar, mengatasi banjir dan luapan sungai, dan menyusun letak rumah.
"Istilah sekarang serba green dech," kata Alumni UKM Malaysia itu lagi.
Laki-laki yang sudah menulis belasan buku ini juga mengungkapkan bahwa terkadang untuk melawan musuh yang kuat itu, kita harus membuat diri kita lebih kuat (dari musuh). Artinya, kapitalisme ekologis harus dijawab dengan kebangkitan konsep lokal tersebut dengan penuh keberanian, percaya diri, sistematis dan mewarnai.
"Sebagaimana ungkapan Francis Fukuyama, perang sesungguhnya akan dimenangkan oleh paradigma siapa yang dipakai zaman," ujar anak watan Kepulauan Meranti diakhir bincang-bincangnya dengan GoRiau (GoNews Group), Kamis (29/6/2017). ***
Kategori | : | Umum |