Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
23 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
2
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
Umum
21 jam yang lalu
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
3
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
Olahraga
20 jam yang lalu
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
4
Lawan Chinese Taipei, Fajar/Rian Tambah Keunggulan Indonesia 2-0
Olahraga
20 jam yang lalu
Lawan Chinese Taipei, Fajar/Rian Tambah Keunggulan Indonesia 2-0
5
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Umum
21 jam yang lalu
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
6
Menpora Dito Ajak Dukung Apriyani cs, Ricky Subagja: Tidak Ada Yang Tak Mungkin
Olahraga
24 jam yang lalu
Menpora Dito Ajak Dukung Apriyani cs, Ricky Subagja: Tidak Ada Yang Tak Mungkin
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Momen Bhayangkara Diwarnai Duka, Polri Harus Mampu Perbaiki Citra dan Lebih Profesional

Momen Bhayangkara Diwarnai Duka, Polri Harus Mampu Perbaiki Citra dan Lebih Profesional
Ilustrasi.
Sabtu, 01 Juli 2017 09:37 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Hari Bhayangkara 2017 ini diwarnai duka yang mendalam. Para penebar teror, berhasil memberikan kado hitam buat Polri dan menjadikan anggota Polri sebagai bulan-bulanan serta target serangan teror.

Setelah bom Kampung Melayu yang menewaskan 3 polisi, teroris kembali menyerang polisi di markas Polda Sumut dan di mesjid di depan Mabes Polri beberapa jam menjelang Hari Bhayangkara 2017.

Hal ini diungkapkan Ketua Presidium Ind Police Watch, Neta S Pane kepada GoNews.co, Sabtu (01/07/2017).

"Sepertinya para teroris hendak membuat perang terbuka dengan Polri," tukasnya.

Tragisnya kata dia, dengab senjata seadanya para teroris nekat menyerang anggota polisi yang bersenjata lengkap di sekitar markasnya.

"Bagaimana pun teroris menjadi musuh utama Polri di Hari Bhayangkara 2017. Polri harus mampu membangun dan menegakkan citranya, citra yang profesional hingga jajaran kepolisian disegani semua pihak, terutama kalangan teroris," paparnya.

Kenapa kalangan kepolisian dgn mudah dijadikan seperti predator dan bulan-bulanan oleh teroris, hingga teroris nekat menyerang ke markas Kepolisian walau hanya dengan sebilah pisau dapur?

Hal itu kata dia, dikarenakan Polri tidak berwibawa sehingga tidak disegani lagi, terutama oleh kalangan teroris. "Bisa jadi hal ini disebabkan, sejak beberapa tahun lalu polisi terlalu agresif melakukan eksekusi mati terhadap para teroris di lapangan. Hal ini ternyata tidak membuat teroris takut, malah makin super nekat dan menerapkan prinsif "nyawa dibayar nyawa," tandasnya.

Dari berbagai kasus serangan ini, IPW berharap Polri melakukan evaluasi secara menyeluruh, sehingga pada Hari Bhayangkara 2017 ini bisa melakukan konsolidasi agar ke depan jajaran Polri benar benar bekerja profesional, proporsional dan independen sehingga Polri disegani semua pihak, terutama kalangan teroris.

Catatan penting bagi Polri di Hari Bhayangkara 2017 ini adalah jajaran kepolisian harus mengevaluasi, kenapa teroris makin super nekat melakukan perang terbuka terhadap Polri meski hanya dgn sebilah pisau dapur.

"Kasus penyerangan ini semakin menunjukkan bahwa sistem penumpasan terorisme selama ini sesungguhnya tidak berhasil. Begitu juga konsep radikalisasi yg digalang pemerintah selama ini, gagal total," tandasnya lagi.

Terbukti lanjutnya, terorisme bukannya lenyap dari indonesia tapi para teroris malah makin super nekat. Di hari Bhayangkara 2017 ini penanganan kasus-kasus serangan terhadap polisi perlu menjadi fokus utama bagi Polri untuk menyelesaikannya, agar tidak terulang terus menerus.

"Jika serangan ini terus terulang jajaran kepolisian tidak bisa fokus untuk menangani tugas-tugas lain dalam melindungi, mengayomi, melayani dan melakukan penegakan hukum di masyarakat. Aparat kepolisian di lapangan akan trauma dengan berbagai kekhawatiran tersendiri terhadap kemungkinan diserang teroris," tukasnya.

Meskipun jajaran Polri mengatakan "kami tidak takut" tapi masyarakat yang cemas terhadap sistem keamanan yang dibangun Polri. "Masyarakat makin tidak percaya pada Polri. Masyarakat akan menuding bagaimana Polri bisa melindungi masyarakat wong melindungi dirinya sendiri saja di markasnya tidak mampu," paparnya.

Untuk itu kata Neta, krisis kepercayaan masyarakat ini jangan sampai berkembang luas. Polri harus segera melakukan konsolidasi dan evaluasi agar Polri makin disegani semua pihak dan tdk dilecehkan, apalagi menjadi bulan-bulanan teroris yang bersenjatakan pisau dapur.

"Dalam konsolidasi dan evaluasi itu, Polri harus menekankan semua jajarannya agar senantiasa bekerja profesional, proporsional dan independen, terutama jajaran yang bersentuhan dgn terorisme, seperti bimas, intelijen, densus 88 dll. Selain mengevaluasi semua hasil kerja selama ini, polri juga harus mencari tahu siapa sesungguhnya otak serangan itu," katanya.

Apakah meluasnya aksi serangan super nekat para teroris ini berkaitan dengan sedang dibahasnya RUU Terorisme di DPR. Penyelesaian kasus serangan ini harus dilakukan agar Polri bisa fokus menyelesaikan tugas-tugasnya dalam melindungi dan menjaga keamanan masyarakat. Jika dibiarkan, berbagai kasus serangan ini akan mereduksi semua prestasi Polri selama ini," pungkasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/