Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
22 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
2
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
16 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
3
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
18 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
4
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
10 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
5
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
11 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
6
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
15 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Jadi Bulan-bulanan Penebar Teror, IPW: Polri Kehilangan Wibawa, Momen Bhayangkara Harusnya Instropeksi Diri

Jadi Bulan-bulanan Penebar Teror, IPW: Polri Kehilangan Wibawa, Momen Bhayangkara Harusnya Instropeksi Diri
Neta S Pane. (dok. Pribadi)
Sabtu, 01 Juli 2017 09:51 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Indonesian Police Watch (IPW) mengingatkan, agar jajaran Kepolisian dibawah komando Jenderal Tito Karnavian, untuk Instropeksi diri bertepatan dengan peringatan Hari Bhayangkara 2017.

Pasalnya, menurut Ketua Presidium Ind Police Watch, Neta S Pane, saat ini para teroris berhasil memberikan kado hitam buat Polri dan menjadikan anggota Polri sebagai bulan-bulanan serta target serangan teror.

"Setelah bom Kampung Melayu yang menewaskan 3 polisi, teroris kembali menyerang polisi di markas Polda Sumut dan di mesjid di depan Mabes Polri beberapa jam menjelang Hari Bhayangkara 2017. Sepertinya para teroris hendak membuat perang terbuka dgn Polri," ujar Neta S Pane kepada GoNews.co, Sabtu (1/7/2017).

Tragisnya lagi kata dia, hanya dengan senjata seadanya para teroris nekat menyerang anggota polisi yang bersenjata lengkap di sekitar markasnya.

Bagaimana pun teroris menjadi musuh utama Polri di Hari Bhayangkara 2017. Polri harus mampu membangun dan menegakkan citranya, citra yang profesional hingga jajaran kepolisian disegani semua pihak, terutama kalangan teroris," tandasnya.

Kenapa kalangan kepolisian dengan mudah dijadikan seperti predator dan bulan bulanan oleh teroris hingga teroris nekat menyerang ke markas kepolisian walau hanya dgn sebilah pisau dapur? Hal itu kata dia, dikarenakan Polri tidak berwibawa sehingga tidak disegani lagi, terutama oleh kalangan teroris.

"Bisa jadi hal ini disebabkan, sejak beberapa tahun lalu polisi terlalu agresif melakukan eksekusi mati terhadap para teroris di lapangan. Hal ini ternyata tidak membuat teroris takut, malah makin super nekat dan menerapkan prinsif "nyawa dibayar nyawa"," tandasnya.

Dari berbagai kasus serangan ini IPW berharap Polri melakukan evaluasi secara menyeluruh, sehingga pada Hari Bhayangkara 2017 ini bisa melakukan konsolidasi agar ke depan jajaran Polri benar benar bekerja profesional, proporsional dan independen sehingga Polri disegani semua pihak, terutama kalangan teroris.

"Catatan penting bagi Polri di Hari Bhayangkara 2017 ini adalah jajaran kepolisian harus mengevaluasi, kenapa teroris makin super nekat melakukan perang terbuka terhadap Polri meski hanya dengan sebilah pisau dapur," tandasnya.

Kasus penyerangan ini katanya, semakin menunjukkan bahwa sistem penumpasan terorisme selama ini sesungguhnya tidak berhasil. Begitu juga konsep radikalisasi yang digalang pemerintah selama ini, gagal total.

"Terbukti terorisme bukannya lenyap dari indonesia tapi para teroris malah makin super nekat. Di Hari Bhayangkara 2017 ini penanganan kasus-kasus serangan terhadap polisi perlu menjadi fokus utama bagi Polri untuk menyelesaikannya, agar tidak terulang terus menerus. Jika serangan ini terus terulang jajaran kepolisian tdk bisa fokus untuk menangani tugas tugas lain dalam melindungi, mengayomi, melayani dan melakukan penegakan hukum di masyarakat. Aparat kepolisian di lapangan akan trauma dgn berbagai kekhawatiran tersendiri terhadap kemungkinan diserang teroris," tukasnya.

Meskipun jajaran Polri mengatakan "kami tidak takut" tapi masyarakat yang cemas terhadap sistem keamanan yang dibangun Polri.

"Masyarakat makin tidak percaya pada Polri. Masyarakat akan menuding bagaimana Polri bisa melindungi masyarakat wong melindungi dirinya sendiri saja di markasnya tidak mampu. Untuk itu krisis kepercayaan masyarakat ini jgn sampai berkembang luas. Polri harus segera melakukan konsolidasi dan evaluasi agar Polri makin disegani semua pihak dan tidak dilecehkan, apalagi menjadi bulan-bulanan teroris yang bersenjatakan pisau dapur," tegasnya.

Dalam konsolidasi dan evaluasi itu, Polri harus menekankan semua jajarannya agar senantiasa bekerja profesional, proporsional dan independen, terutama jajaran yang bersentuhan dgn terorisme, seperti bimas, intelijen, densus 88 dll.

"Selain mengevaluasi semua hasil kerja selama ini, Polri juga harus mencari tahu siapa sesungguhnya otak serangan itu. Apakah meluasnya aksi serangan super nekat para teroris ini berkaitan dgn sedang dibahasnya RUU Terorisme di DPR," tukasnya lagi.

"Jika dibiarkan, berbagai kasus serangan ini akan mereduksi semua prestasi Polri selama ini," pungkas Neta S Pane. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/