Pagar Digembok, SDN 78 dan SDN 90 Pekanbaru Liburkan Siswanya di Hari Pertama Sekolah
Penulis: Barkah Nurdiansyah
Hal itu disampaikan Kepala Sekolah SDN 90 Pekanbaru, Indrawita saat berbincang dengan GoRiau.com (GoNews Grup), Senin (10/7/2017) siang, setelah dibukanya pagar sekolah yang gembok oleh warga. "Hari ini kita liburkan dulu," ujarnya.
Setelah melakukan perundingan yang cukup alot dengan sejumlah warga Jalan Dahlia Indah, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru. Pihak sekolah dengan dibantu pihak kepolisian akhirnya membuka paksa gembok pagar sekolah.
Meski kepala sekolah dan para guru SDN 78 dan SDN 90 Pekanbaru sudah bisa memulai aktifitasnya. Namun, proses daftar ulang bagi siswa kelas satu yang telah dinyatakan lulus dan diterima di SDN 78 maupun SDN 90 Pekanbaru masih belum dilakukan.
Pantauan GoRiau.com (GoNews Grup) di lokasi, setelah dibukanya pagar sekolah. Sebagian orangtua murid yang sempat memprotes, mulai pergi meninggalkan sekolah karena merasa pihak sekolah tak memberikan solusi.
Namun, beberapa orangtua murid masih ada yang bertahan dan menunggu diluar halaman sekolah. Sejumlah personel kepolisian dari Polsek Tenayan Raya termasuk Bhabinkamtibmas Tangkerang Timur tampak masih berjaga-jaga di sekolah SDN 78 dan SDN 90 Pekanbaru.
Sebelumnya, para orangtua murid, kepala sekolah serta para guru SDN 78 dan SDN 90 Pekanbaru yang berada di Jalan Dahlia Indah, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, tertahan diluar sekolah setelah pagar sekolah digembok oleh orang tak dikenal (OTK), Senin (10/7/2017) pagi.
Tak hanya digembok, di pagar sekolah pun terpampang berbagai spanduk dan poster-poster berisikan keluhan warga Jalan Dahlia Indah, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru yang sebagai warga tempatan, anak-anaknya justru tidak diterima oleh pihak sekolah.
Sontak kebijakan dari kedua sekolah ini membuat geram warga tempatan di sekitar sekolah yang anaknya tidak diterima. Hal ini pun, menjadikan warga mengembok pagar sekolah dan memasang spanduk sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan pihak sekolah.
"Wahai penguasa, dengarkan jeritan kami. Anak kami butuh sekolah, baru masuk SD saja sudah susah, apa lagi keatasnya. Tapi katanya wajib belajar," kata-kata yang tertulis di salah satu spanduk yang terpasang di pagar sekolah.***