Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
17 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
2
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
17 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
3
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
19 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
4
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
18 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
5
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
20 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
6
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Olahraga
17 jam yang lalu
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Terorisme adalah Dogma, Dibutuhkan Peran Perempuan untuk Pencegahannya

Terorisme adalah Dogma, Dibutuhkan Peran Perempuan untuk Pencegahannya
Direktur Eksekutif Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Mohammad Monib
Jum'at, 28 Juli 2017 15:15 WIB
Penulis: Hermanto Ansam
KUPANG - Direktur Eksekutif Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Mohammad Monib, menyebut terorisme sebagai sebuah dogma yang coba ditanamkan oleh sekelompok orang ke masyarakat. Peran perempuan disebutnya sangat dibutuhkan di tahap pencegahan.

Hal ini dikatakan oleh Monib saat menjadi pembicara di kegiatan Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (27/7/2017). Kegiatan diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTT.

"Penyebarluasan paham radikal terorisme adalah kerja-kerja dogma, penanaman sikap radikal dan sikap teroristik," kata Monib mengawali paparannya.

Dikatakan oleh Monib, perempuan, khususnya kaum ibu, adalah benteng dalam elemen terkecil kehidupan bermasyarakat, yaitu keluarga.

"Seorang ibu, dengan sikap keras sekaligus kelembutan yang dimilikinya, akan bisa menjadi pengawas bagaimana anak-anak jangan sampai terdoktrin paham radikal terorisme," urai Monib.

Akan tetapi pria asal Madura itu juga mengingatkan, di tengah tugasnya sebagai pengawas di dalam keluarga, perempuan juga harus bisa membentengi dirinya dari pengaruh paham radikal terorisme. "Kasusnya sudah ada, baik yang menjadi korban atau pelaku. Tugas perempuan dobel, membentengi diri sendiri dan membentengi anggota keluarganya," urainya.

Dalam paparannya Monib mengapresiasi semangat yang ditunjukkan kelompok perempuan yang menjadi peserta kegiatan. Diakuinya, semangat tersebut akan menjadi modal besar dalam keikutsertaan melakukan pencegahan terorisme.

"Ada satu keinginan agar bangsa ini bersatu dan menyingkirkan benalu-benalu kebangsaan, baik yang anti Pancasila atau yang bercita-cita mengganti Pancasila. Itu semua membutuhkan dukungan masyarakat, termasuk ibu-ibu di sini," jelas Monib.

Monib juga mengapresiasi langkah BNPT dan FKPT yang memilih melibatkan perempuan dalam langkah pencegahan terorisme. Dia menyebut program dan kegiatan BNPT sangat tepat sasaran.

"Saatnya elemen-elemen masyarakat yang ada di NTT bersatu dan bekerja sama dengan BNPT untuk mencegah terorisme agar NTT aman dan tetap utuh," pungkas Monib.

Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian merupakan salah satu metode yang dijalankan di kegiatan Pelibatan Pemuda dan Perempuan dalam Pencegahan Terorisme. Metode kedua yang dijalankan adalah Workshop BNPT Video Festival, sebuah upaya memberikan pembekalan kepada pelajar calon peserta lomba video pendek BNPT 2017. (ris)

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/