Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
22 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
2
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
23 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
3
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
Umum
20 jam yang lalu
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
4
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
Olahraga
19 jam yang lalu
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
5
Lawan Chinese Taipei, Fajar/Rian Tambah Keunggulan Indonesia 2-0
Olahraga
19 jam yang lalu
Lawan Chinese Taipei, Fajar/Rian Tambah Keunggulan Indonesia 2-0
6
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Umum
20 jam yang lalu
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Home  /  Berita  /  GoNews Group
Kriminal Internasional

Gara-gara Iseng Kirim Foto Bugil, Wanita Ini Jadi Korban Pemerasan

Gara-gara Iseng Kirim Foto Bugil, Wanita Ini Jadi Korban Pemerasan
Istimewa.
Sabtu, 09 September 2017 14:53 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
AUSTRALIA - Mengapa ada orang yang mau mengirim foto telanjang mereka untuk orang lain yang tidak dikenal, lewat internet?

Bahkan, setelah itu orang tersebut malah kehilangan pekerjaan, kehilangan uang, dan kemudian bisa mengalami gangguan kejiwaan. Pertanyaan seperti inilah yang masih menghantui Kate (bukan nama sebenarnya) selama setahun terakhir. Kate mengalami hal yang mengubah hidupnya secara drastis.

Kate adalah satu dari belasan perempuan di Australia yang menjadi korban pemerasan pria dengan menggunakan jaringan internet. Pemerasan terjadi setelah mereka bertemu di situs kencan online.

"Kami hidup dalam ketakutan. Ini susah dijelaskan dan diceritakan kepada orang lain, yang tidak pernah merasakan ketakutan seperti ini," kata Kate kepada program televisi ABC Australia 7.30.

Salah seorang pria tersebut, Leigh Abbot mengancam dan melakukan pemerasan menggunakan foto telanjang yang dikirim Kate. Program 7.30 mendapat informasi bahwa Abbot sedang mengajukan banding terhadap keputusan penjara yang dijatuhkan Pengadilan Distrik Perth bulan Mei lalu. Bagi Kate, upaya banding itu merupakan tamparan lain yang dialaminya.

"Dia seharusnya menjalani penjara lebih lama untuk perbuatannya. Dihukum lima tahun sembilan bulan penjara merupakan hukuman ringan," ujar Kate.

"Diperlukan waktu lebih lama untuk membuat kehidupan saya normal kembali. Dia mengatakan segala hal yang ingin kamu dengar," sambung Kate.

Ketika mereka masih berkencan, Kate memiliki pendapatan yang sangat memadai. Dia bekerja di sebuah perusahaan tambang di Australia Barat. Sekarang dia bangkrut, dan harus meminta bantuan dinas sosial untuk membayar sewa rumah dan kebutuhan lain.

Selama masa delapan bulan, Kate memberikan uang sebesar sekitar Rp 1,1 miliar kepada Abbott. Dan Kate tidak menyadari uang itu digunakan Abbott untuk berjudi dan narkoba.

Semuanya berawal dari bulan Juni 2015 ketika dia mengenal Abbott lewat situs kencan Tinder. "Kesan pertama saya, Leigh adalah orang baik. Dia sangat ramah, dan mengatakan segala pujian yang ingin kamu dengar. Leigh kemudian menyarankan kami bertukar nomor ponsel, dan mulai ngobrol lewat SMS," tutur Kate.

Pada awal pembicaraan, hanya berkisar mengenai bagaimana kabar mereka masing-masing hari itu.

"Beberapa bulan kemudian, setelah ngobrol lewat SMS, di saat saya merasa kesepian, Leigh mengirim foto dirinya sendiri. Saya menjawab dengan mengirim foto telanjang ke dia. Bagi saya ini cuma tindakan iseng. Saya tidak menyadari bahwa foto-foto itu kemudian digunakan untuk memeras saya," kata Kate.

Abbot memang pintar merayu, dan kemudian Kate setuju untuk meminjamkan uang bagi Abbot untuk membayar sewa rumah dan yang lain. Namun utang itu tidak pernah dibayar kembali, dan bujukan kemudian berkembang menjadi ancaman.

"Ancamannya kemudian adalah dengan foto-foto yang saya kirim di hpnya, yang akan dikirimnya ke tempat kerja saya. Dia mengancam akan memuat di sosial media, dia akan mengirimkan ke keluarga untuk menunjukkan betapa buruknya saya," kenang Kate.

"Saya menangis setiap malam. Saat saya mendengar suara 'bip' di hp saya dan jantung saya langsung berdebar. Dia kemudian juga mengancam anak-anak saya, bahwa dia akan membakar rumah dengan anak-anak saya di dalamnya. Saya tidur dengan pisau di kasur, dan anak-anak saya tidur di kamar saya," imbuh Kate.

Kate tidak mengetahui ketika itu bahwa dia bukanlah satu-satunya yang diperas Abbott. Abbott memiliki 11 korban lain yang tersebar di Australia Barat, Queensland, dan Tasmania.

Tiga di antaranya juga diperas karena foto telanjang. Yang lainnya, diancam bahwa mereka akan didatangi anggota gang dari kelompok motor gede. Kepolisian Australia Barat mengumpulkan belasan ribu percakapan SMS untuk membuktikan tindak kriminal yang dilakukan Abbott.

"Dia pada dasarnya berusaha menyebar pesona ke banyak orang, karena mengetahui beberapa di antara mereka akan tertarik dengannya."

Demikian dikatakan Detektif Senior Constable Andrew Curtis. "Pada akhir penyelidikan, ketika dia ditangkap polisi, dia sama sekali tidak memiliki aset, tidak memiliki mobil, tidak memiliki uang. Dia tidak punya apa-apa," ucap Curtis.

Tidak ada hukum konsisten di Australia

Para peneliti di Australia mengatakan, apa yang mereka sebut sebagai 'sextortion' (pemerasan menggunakan bahan-bahan bernada seksual) semakin meningkat.

Dukungan terhadap korban juga meningkat, tetapi Dr Nicola Henry dari RMIT di Melbourne, menilai perlunya kampanye penyadaran dengan fokus pada pelaku, bukan pada korban.

"Banyak orang yang menyalahkan korban mengenai adanya pemerasan menggunakan gambar bernada seksual ini."

"Misalnya dalam survei yang kami lakukan, 70 persen responden mengatakan setuju dengan pernyataan bahwa kita seharusnya lebih sadar untuk tidak mengirimikan gambar telanjang ke orang lain."

"Kita harus mengirim pesan bahwa mengambil foto orang lain tanpa ijin mereka adalah hal yang keliru," sebut Henry.

"Kita juga harus mengirim pesan bahwa membagi-bagikan gambar adalah hal yang salah."

Dia mengatakan, hukum yang konsisten di seluruh Australia akan bisa membantu. "Sebagian dari masalahnya adalah kita baru dalam tahap awal memahami dampak dan keburukan yang dirasakan korban."

"Di beberapa negara bagian, sudah ada hukum mengenai larangan penyebaran gambar tanpa persetujuan, sementara di tempat lain belum ada."

Ini membuat susah untuk mengajukan pelakunya ke pengadilan.

Diperlukan waktu tujuh bulan sejak Kate melaporkan kasusnya sampai kepolisian Australia Barat melihat adanya pola pemerasan.

Polisi lalu menangkap Abbott, dan menetapkannya sebagai tersangka, dan akhirnya dinyatakan bersalah di pengadilan.

Pemerintah Australia Barat berencana menerapkan peraturan khusus mengenai penyebaran gambar bernada seksual tahun depan. ***

Sumber:tribunnews.com
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Hukum, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/