Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Zaira Kusuma: Perjalanan Masih Panjang dan Harus Tetap Latihan
Olahraga
14 jam yang lalu
Zaira Kusuma: Perjalanan Masih Panjang dan Harus Tetap Latihan
2
Satoru Mochizuki Siapkan Agenda Khusus Setelah Piala Asia U-17 Wanita
Olahraga
15 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Siapkan Agenda Khusus Setelah Piala Asia U-17 Wanita
3
KPU DKI Menerima Penyerahan Dukungan Perseorangan
Pemerintahan
14 jam yang lalu
KPU DKI Menerima Penyerahan Dukungan Perseorangan
4
Tekad Serdadu Tridatu Amankan Poin Penuh di Semi Final Leg Pertama
Olahraga
10 jam yang lalu
Tekad Serdadu Tridatu Amankan Poin Penuh di Semi Final Leg Pertama
5
Kepiawaian Okto Membawa Pencak Silat Dapat Pengakuan IOC
Olahraga
11 jam yang lalu
Kepiawaian Okto Membawa Pencak Silat Dapat Pengakuan IOC
6
Tren Buruk Persib Dari Bali United Tidak Penting Bagi Hodak
Olahraga
10 jam yang lalu
Tren Buruk Persib Dari Bali United Tidak Penting Bagi Hodak
Home  /  Berita  /  GoNews Group

MPR: Budaya Demokrasi Memiliki Syarat Sensitifitas dan Silaturahmi

MPR: Budaya Demokrasi Memiliki Syarat Sensitifitas dan Silaturahmi
Istimewa.
Kamis, 12 Oktober 2017 00:08 WIB
JAKARTA - Pada era kebebasan berdemokrasi dimana masyarakat diberi kebebasan menyampaikan pendapat, namun perbedaan pendapat tidak harus meninggalkan sisi silaturahmi yang menjadi ciri masyarakat dan tidak melahirkan perpecahan.

Hal ini diungkapkan dalam dialog yang digelar Sekretariat Jendral MPR RI, MPR Rumah Kebangsaan dalam tema Budaya Demokrasi yang digelar pada Rabu, 18 Oktober 2017, di Lobby Nusantara V, Kompleks MPR, DPR dan DPD, Senayan, Jakarta. Dialog menghadirkan Fadly Nurzal, S.Ag sebagai pimpinan PPP MPR RI dan Drs. H. Wahidin Ismail, anggota Lembaga Pengkajian MPR RI.

Menurut Fadly, sebagai anak bangsa kita harus belajar kepada senior terdahulu yang walaupun berbeda pendapat tetap mengutamakan silaturahim. “Walau berbeda pendapat, dalam suatu forum sekalipun mereka tidak terpecah,” katanya.

Berbeda pendapat tapi tetap terjaga silaturahim ini menurut Fadly harus ditularkan kepada generasi berikut. “Lembaga apapun harus memberi ruang politik kepada anak muda. Mereka harus peduli pada politik, untuk melahirkan generasi penerus berkualitas dan memiliki cita-cita," paparnya.

Bagaimana cara membangun demokrasi berkualitas, sementara masyarakat berkotak-kotak dengan pilihan masing-masing, menurut Fadly, kita harus memiliki sensifititas dan silaturahim kuat.

"Bangsa ini bisa bekerja sama dan bersilaturahim dengan baik, walaupun berbeda pendapat. Sikap bangsa ini jangan hilang sehingga pada proses regenerasi, anak muda akan mentransformasi seluruh sikap dan budaya dasar ini dan akan menjadi kekayaan budaya," ucapnya.

Sementara Wahidin Ismail mengatakan, budaya demokrasi yang dijalankan di Indonesia sudah cukup baik. Ruang yang diberikan kepada masyarakat terbuka lebar kendati yang membatasi hak tersebut yakni, apabila ada hak konstitusional dilanggar maka ada koridor hukumnya. Dan kebebasan ini memiliki aturan main bagi masyarakat, media masa dan antar lembaga.

"Selain merawat kebebasan, ada pula hal dibatasi undang-undang dan pertimbangan agama, moral dan kesantunan," katanya.

Menyinggung soal era sosial media saat ini, menurut Wahidin, tak terpisahkan dari peristiwa politik. Generasi milenial menurutnya, terbiasa mengutarakan sesuatu lewat sosial media. "Mereka sudah terbiasa dengan tiga layar, layar kaca, layar telepon genggam dan layar komputer," tukasnya.

Ia mengingatkan, dengan informasi yang tidak terbendung generasi milenial jangan sampai menjadi manusia yang kehilangan karakter. Dan tetap berpegang pada adanya regulasi UU ITE. "Pendapat dan kritik harus benar sesuai koridor dalam budaya demokrasi," pungkasnya.

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/