Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
21 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
2
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
14 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
3
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
16 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
4
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
9 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
5
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
9 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
6
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
14 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Home  /  Berita  /  Riau

Produksi Minyak Bumi di Indonesia 800 Ribu Barel per Hari, Sementara Kebutuhannya Capai Dua Kali Lipat

Produksi Minyak Bumi di Indonesia 800 Ribu Barel per Hari, Sementara Kebutuhannya Capai Dua Kali Lipat
Kepala Urusan Administrasi Keuangan Sumbagut SKK Migas, Supriyono
Kamis, 02 November 2017 11:57 WIB
Penulis: Ira Widana
BATAM - Industri Minyak dan Gas (Migas) hulu selama ini memberikan kontribusi yang besar sebagai penyumbang APBN untuk negara di Indonesia ini, yakni mencapai 85 persen. Namun kini hanya 6 persen yang dapat diterima negara dari hasil Migas sektor industri hulu ini.

Dikatakan Kepala Urusan Administrasi Keuangan Sumbagut SKK Migas, Supriyono, menurunnya hasil produksi Migas Indonesia dalam suku cadang minyak dunia masuk ke peringkat ke 29 dan dalam suku cadang gas bumi berada di rangking ke 14 ini juga sudah diakui pemerintah.

"Indonesia tidak lagi negara kaya akan hasil minyak bumi. Sehingga melalui menteri keuangan, Pemerintah melakukan upaya lain untuk mencukupi kebutuhan seperti halnya dari pajak dan lain-lainya," ujar Supriyono, Kamis (2/11/2017) di Batam yang ingin informasi tentang produksi Migas saat ini diketahui masyarakat banyak.

Masih dikatakan Supriyono, dulu Indonesia ini dikenal negara pengekspor Migas yang cukup produktif. Namun sejak 2004 silam, statusnya menjadi negara Importir minyak. Hal itu terjadi, karena konsumsi minyak yang mencapai 1,6 juta barrel per hari, sementara produksinya hanya 800 ribu barrel per hari.

"Makanya tak heran jika kini Indonesia impor minyak dari negara lain, karena posisi cadangan minyak di Indonesia hanya 0,2 persen dari cadangan dunia. Meski demikian SKK Migas ini juga tetap berperan sebagai lokomotif pembangunam nasional dan multiplier effect atau efek berganda pada industri lain," ucapnya lagi.

Menurutnya, gairah eksplorasi sektor minyak dan gas (migas) juga ikut menurun. Sehingga cadangan migas di Indonesia relatif kecil dibanding cadangan migas dunia. Namun demikian, masyarakat tetap bisa menikmati dana TJS dari SKK Migas-KKKS.

"Kondisi sektor industri migas di hulu ini memang ada penurunan, sementara di sektor hilirnya cukup baik," kata Supriyono saat membuka acara edukasi wartawan SKK Migas - KKKS wilayah Sumbagut dengan tema Peran dan keterlibatan media dalam penyampaian informasi program tanggung Jawab sosial perusahaan Migas.***

Kategori:Ekonomi, Riau, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/