The Untold Story: "Balas Dendam" La Nyalla
Penulis: Sefdin Syaifudin
Malam itu, di awal tahun 2017. Kami bertiga saja. Penulis, Idris Yahya dan La Nyalla Mahmud Mattalitti. Idris adalah keluarga dari La Nyalla.
Ya, hanya kami bertiga, duduk, berbincang. Di ruang tamu kamar type Lanais, di lantai 2, hotel Sultan Jakarta, tempat La Nyalla dan Idris menginap.
Hari itu belum genap sebulan La Nyalla dinyatakan bebas murni dan tidak terbukti korupsi oleh majelis hakim di PN Jakarta Pusat. Setelah hampir empat bulan mondar-mandir menjalani sidang yang menghadirkan 24 saksi itu.
Melelahkan memang. Tetapi La Nyalla telah melaluinya.
Lelah itu pun terbayar lunas dengan bukti, bahwa dia tidak terlibat dalam perkara yang dituduhkan.
Malam itu pun energi La Nyalla kembali menyala. Tertangkap dari sorot matanya saat kami berbincang.
“Saya mau ikhtiar untuk maju di pemilihan gubernur Jatim,” katanya serius.
Sontak saya kaget. Idris pun menunjukkan kadar kaget yang nyaris sama dengan penulis. Kami berdua berpandangan sejenak.
Maklum tak terbayangkan bagi penulis. La Nyalla yang sudah mapan sebagai pengusaha dan aktivis organisasi itu tiba-tiba terpikir untuk menjadi pejabat publik.
Saya pun spontan merespon. “Apa niatnya maju Mas?”
La Nyalla pun meletakkan smartphone di tangannya ke meja. Mimiknya tampak serius.
“Din, kamu ingat kan, betapa saya kemarin waktu dituduh terlibat korupsi sampai disidang, kan seolah saya diposisikan seperti koruptor kelas kakap. Ditulis media se Indonesia. Saya benar-benar terpukul,” gumannya.
“Terus?” tanya saya.
“Saya mau balas dendam. Saya mau tunjukkan kepada semua orang yang sempat berpikir saya koruptor, preman, penjahat, tukang palak, bahwa nanti insya Allah kalau saya ditakdirkan menjadi gubernur, satu rupiah pun uang APBD tidak saya ambil. Satu rupiah pun, saya tidak akan korup uang rakyat. Biar mereka tahu.”
“Terus terang saya terpukul. Nama keluarga besar saya ikut hancur kemarin. Kakek saya Mattalitti itu pejuang, Din. Bapak saya pendidik, dosen. Masak anaknya koruptor?”
“Saya sudah niat, saya wakafkan diri saya untuk rakyat Jatim. Saya akan mengabdi total, dan akan saya buktikan,” tukasnya serius.
Rasanya, belasan tahun saya mengenal La Nyalla, baru malam itu ekspresi dan mimik wajah La Nyalla sangat serius. Matanya pun seakan tidak berkedip saat bicara.
Saya dan Idris Yahya pun terdiam. Menyimak.
Hanya sekalimat yang terlontar dari Idris malam itu.
“Ya sudah kalau begitu, Bismillah, kita mulai ikhtiar ini.”
Sesaat kemudian, pandangan mata kami pun beralih ke layar televisi saat program Indonesia Lawyer Club yang dipandu Karni Ilyas tayang. Penulis adalah Pemred di media kabarbisnis.com
Editor | : | Muslikhin Effendy |
Kategori | : | GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik, Jawa Timur |