Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Gagal Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris, Shin Tae-yong Kena Kartu Merah
Olahraga
23 jam yang lalu
Indonesia Gagal Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris, Shin Tae-yong Kena Kartu Merah
2
Gagal ke Olimpiade 2024 Paris, Iwan Bule Tetap Apresiasi Perjuangan Garuda Muda
Olahraga
22 jam yang lalu
Gagal ke Olimpiade 2024 Paris, Iwan Bule Tetap Apresiasi Perjuangan Garuda Muda
3
Erick Thohir, Terima Kasih Garuda Muda,Terima Kasih Indonesia
Olahraga
22 jam yang lalu
Erick Thohir, Terima Kasih Garuda Muda,Terima Kasih Indonesia
4
Terima Kekalahan, PSSI Kecam Aksi Rasis kepada Guinea
Olahraga
2 jam yang lalu
Terima Kekalahan, PSSI Kecam Aksi Rasis kepada Guinea
5
Epy Kusnandar Ditangkap, Terjerat Kasus Narkoba
Umum
2 jam yang lalu
Epy Kusnandar Ditangkap, Terjerat Kasus Narkoba
6
Satu Kali Ucapan, Rizky Febian dan Mahalini Raharja Resmi Menikah
Umum
2 jam yang lalu
Satu Kali Ucapan, Rizky Febian dan Mahalini Raharja Resmi Menikah
Home  /  Berita  /  Sumatera Utara

HPI Tawarkan Solusi Atasi Aksi Kekerasan di Dunia Pendidikan

HPI Tawarkan Solusi Atasi Aksi Kekerasan di Dunia Pendidikan
Kamis, 08 Februari 2018 19:31 WIB
Penulis: Kamal
MEDAN – Himpunan Pelajar Islam (HPI) Kota Medan menawarkan sejumlah solusi permanen terkait maraknya aksi kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan tersebut. Hal itu dilakukan agar aksi kekerasan yang mencoreng dunia pendidikan tidak terjadi lagi.

Penegasan sikap tersebut disampaikan Ketua Umum HPI, Dewata Sakti didampingi Rizky Mustaqim, Sekretaris Jendral, Primus Raihandinata Bendahara Umum kepada wartawan, Kamis (8/2/2017).

“Kami berpendapat harus dibangun komunikasi yang konstruktif dan beradab antara siswa dan guru untuk membangun dunia pendidikan,” tegas Dewata yang juga merupakan siswi SMA Negeri 1 Medan ini.

Sementara itu, Sekjen HPI, Rizky Mustaqim mengatakan, dunia pendidikan harus membangun keteladanan moral, membangun prilaku yang konstruktif agar semua pihak menjadi lebih kondusif dan aman.

“Adalah sesuatu yang sia-sia untuk memperbaiki situasi pendidkan yang sangat carut marut hanya bertumpu pada penguatan UU tanpa perbaikan karakter,” katanaya.

Senada dengan itu, Bendahara Umum HPI, Primus Raihandinata menyampaikan permohon maafnya kepada para guru yang menjadi korban kekerasan siswa.

“Sebagai siswa yang masih sangat mengharapkan transfer ilmu pengetahuan dari para guru, kami mohon maaf atas segala tindak kekerasan yang dilakukan sebagian pelajar terhadap guru,” pintanya.

Sebagaimana diketahui, aksi kekerasan terjadi tanpa memandang tempat dan waktu. Seperti halnya di dunia pendidikan. Padahal, sejatinya, dunia pendidikan selayaknya jadi tempat yang aman tentram dan beradab.

Namun kenyataanya belakangan ini sebagaian sekolah menjadi momok yang menakutkan. Baik itu kepada guru dan para siswa.

Berdasarkan data yang dilansir Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sepanjang tahun 2011-2015, telah terjadi 1.880 tindak kekerasan di dunia pendidikan.

KPAI menyebutkan dari fakta yang ada. kekerasan itu terjadi bukan hanya dari guru juga dari murid terhadap guru.

Di Indonesia, saat ini justru tindak kekerasan banyak sekali terjadi di lingkungan pendidikan. Angkanya sangat fantastis, mencapai 52,20 persen lebih dibanding dengan angka kekerasan di luar sekolah 45,80 persen (data 2013).

Ironisnya, pelaku dari tindak kekerasan itu bukan hanya guru, siswa juga melakukan tindak kekerasan terhadap guru dan tindak kekerasan antar siswa.

Contoh kasus kekerasan yang dilakukan oleh guru terjadi di Jagakarsa, Jakarta selatan seorang guru memukul muridnya yang masih kelas 1 SD dengan penggaris besi (Endah hapsari, 2013) atau pelajar sendiri yang menjadi tersangka seperti kasus yang terjadi di jalan Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat seorang pelajar tewas disabet celurit oleh siswa lainnya saat tawuran (Theresia felisiani, 2013). Begitu juga kasus murid memukul guru SMA di Madura (2018).

Pendidikan di Indonesia kini banyak melahirkan kekerasan. Segala bentuk kekerasan tersebut akan ter-implementasi dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan tidak akan melahirkan manusia yang disiplin dan beradab. Justru melahirkan manusia yang mengalami gangguan psysichis, trauma atau malah semakin brutal.

Kasus kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan, membuat banyak pihak khawatir. Kekerasan terjadi dari tingkat sekolah dasar, menengah, atas bahkan perguruan Tinggi. Pelakunya tidak hanya dari siswa saja tapi juga dari para pendidik.

Para pendidik yang berdalih dalam melakukan kekerasan untuk menerapkan norma disiplin tapi kadang terlalu dipaksakan dan jatuhnya jadi tindak kekerasan.

Kekerasan tidak hanya secara fisik tapi juga, verbal dan psikologi, seksual, membuat anak didik terganggu fisik dan psikisnya. Menjadi trauma yang berkepanjangan. Kekerasan dalam pendidikan sebenarnya adalah fenomena yang sangat marak terjadi tapi sedikit kasus yang ditangani secara khusus.

Pergeseran Moral

Salah satu penyebab tindakan kekerasan itu adalah telah terjadinya pergeseran moral masyarakat.

Guru tidak lagi menjadi sebuah pekerjaan yang mulia.Tapi lebih pada pekerjaan "Untung Rugi" karena tuntutan profesionalisme.

Hilangnya keteladanan akibat dari pergeseran moral. Pendidikan Indonesia lebih menekankan aspek intelektualitas dan IPTEK akibatnya segala sesuatu yang berkaitan dengan prilaku,moral dan akhlaq menjadi tidak berguna. Lemahnya aspek moral ini tidak saja terjadi pada siswa juga terjadi pada guru. Tidak jarang kita mendengar seorang guru berkata-kata kasar dan tidak senonoh pada mu. Oleh sebab itu, guna meminimalisir hal tersebut, HPI menawarkan solusi untuk megatasinya agar dunia pendidikan yang ideal dapat tercapai.

Editor:Fatih
Kategori:Sumatera Utara, Pendidikan, Peristiwa, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/