Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Taklukkan Australia, Gol Tunggal Komang Buka Peluang ke Perempat Final
Olahraga
22 jam yang lalu
Indonesia Taklukkan Australia, Gol Tunggal Komang Buka Peluang ke Perempat Final
2
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
4 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
3
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
4 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
4
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
16 menit yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Home  /  Berita  /  Sumatera Utara

Ekosistem Batang Toru Ancaman Serius Bagi Orangutan Tapanuli

Ekosistem Batang Toru Ancaman Serius Bagi Orangutan Tapanuli
Jum'at, 16 Februari 2018 09:07 WIB

MEDAN - Orangutan Tapanuli atau Pongo tapanuliensis dinyatakan sebagai spesies kera besar terbaru di dunia. Spesies baru ini hanya ditemukan di Ekosistem Batang Toru yang meliputi hutan dataran tinggi di Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara.

Namun saat ini, jumlah spesies Orangutan Tapanuli kurang dari 800 ekor. Habitatnya juga terancam akibat dari pertambangan di kawasan ekosistem Batang Toru.

Seorang spesialis perlindungan landscape Batang Toru dari Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), Graham Usher mengatakan, populasi Orangutan Tapanuli saat ini bisa terancam dari berbagai faktor.

"Ada ancaman dari industri. Kalau yang wilayah tambang emas itu jelas sudah beberapa hektare yang tadinya habitat orangutan sudah hilang, dan malah ada rencana ekspansi. Jadi itu masih mengancam Orangutan Tapanuli," katanya.

Graham yang merupakan warga negara asing dari Britania Raya tersebut menuturkan, ancaman bukan hanya datang dari pertambangan tapi proyek PLTA di Lembah Batang Toru juga mengancam kelangsungan hidup Orangutan Tapanuli.

"Ada proyek PLTA di Lembah Batang Toru yang bisa memisahkan antara populasi orangutan yang di blok barat dengan yang ada di Cagar Alam Dolok Sibual-buali. Kalau itu putus karena adanya pembangunan, berarti populasi yang di cagar alam untuk jangka panjang tidak akan bisa eksis, karena akan ada kerusakan turunan genetika. Itu salah satunya yang dikhawatirkan," tuturnya.

Terlepas dari pembangunan industri di kawasan ekosistem Batang Toru, Graham mengungkapkan, ancaman juga berasal dari perambahan lahan yang dilakukan manusia, sehingga membuat populasi Orangutan Tapanuli semakin sedikit.

"Selama hutan masih terus dijaga dan utuh, dia akan bisa hidup. Ancaman saat ini ada macam-macam, ada pembukaan lahan oleh pendatang baru, dan mulai mengikis wilayah habitat orangutan," ungkapnya.

Graham juga menjelaskan, saat ini kawasan ekosistem Batang Toru yang memiliki luas kurang lebih 150 ribu hektare terdiri dari tipe hutan yang berbeda-beda, bahkan 90 persen dari sisa kawasan yang ada merupakan dataran tinggi atau pegunungan.

"Berbagai keanekaragaman hayati di dalamnya juga cukup banyak. Primadonanya adalah Orangutan Tapanuli yang memang hanya ada di kawasan hutan Batang Toru," pungkas Graham.

Editor:wen
Sumber:analisa
Kategori:Sumatera Utara, Peristiwa, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/