Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
14 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
13 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
14 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
15 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
13 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
16 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Indonesia Kaya Akan Budaya, Wakil Ketua MPR Mengajak Tokoh Dayak Pertahankan Adat

Indonesia Kaya Akan Budaya, Wakil Ketua MPR Mengajak Tokoh Dayak Pertahankan Adat
Wakil Ketua MPR RI, Mahyudin saat disambut warga Dayak Kayan. (Muslikhin/GoNews.co)
Sabtu, 17 Februari 2018 17:58 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
KUTAI TIMUR - Ibarat pepatah, sambil menyelam minum air. Sembari membuka Sosialisaai 4 Pilar dengan masyarakat Dayak Kayan, Wakil Ketua MPR Dr. Mahyudin ST, MM, juga larut menikmati keindahan budaya dan atraksi tarian adat Dayak.

Selain kaya akan budaya dan adat istiadat, suku Dayak Kayan juga terkenal dengan para gadisnya yang cantik-cantik dan menggemaskan.

Dalam acara yang digelar di rumah adat Dayak Kayan, Mahyudin disuguhi berbagai kesenian Dayak yang dibawakan langsung oleh para remaja asli keturunan Kayan.

Mulai dari tata cara dan adat menerima tamu agung, hingga tari-tarian. Semua dilakukan penuh semangat dan antusias, bahkan sangking bangganya kedatangan Wakil Ketua MPR RI itu, Mahyudin pun diarak dengan menaiki perahu kayu yang digotong puluhan warga.

Antusiasme Masyarakat Dayak Kayan, di desa Miau Baru Kecamatan Kombeng Kabupaten Kutai Timur, tampak terlihat saat Mahyudin menaiki perahu kayu yang sudah didekorasi dengan ornamen masyarakat Dayak beserta beberapa alat tetabuhan. Kendaraan inipun berjalan hingga 1 Km menuju Desa Miau Baru.

Ia duduk di atas perahu, sembari dipayungi seorang perempuan cantik yang berdandan khas adat Dayak. Perahu tersebut ditandu oleh lebih dari 50 pemuda Dayak, hingga tiba di depan Lamen Adat Bilung Jau, atau rumah adat warga Dayak.

Pada saat memasuki Rumah Lamen Desa Miau Baru, Mahyudin disambut dengan pemberian pakaian dan topi adat dayak.

Iapun disambut dengan tarian perang, yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi Dayak.

Mengomentari penyambutan yang diberikan masyarakat, Wakil Ketua MPR mengaku sangat terharu. Menurutnya, tarian tersebut dimainkan penuh perasaan. Tidak seperti tari-tari serupa yang ditampilkan di tempat lain.

"Tari ini sangat menarik, karena dimainkan penuh perasaan. Sedangkan di tempat lain sekedar dilakukan, para penarinya tidak mengerti makna tiap tiap gerakan dalam tariannya", kata Mahyudin.

Karena itu Mahyudin berharap adat dan kesenian Dayak dijaga dan dipertahankan. Tak terkecuali rumah adat masyarakat Dayak. Karena rumah tersebut sangat berharga, baik secara moril maupun material.

"Saat ini sangat sulit mendapatkan kayu ulin sebasar itu. Kalaupun ada harganya sangat mahal. Dengan mempertahankan rumah adat, berarti kita memberi pengetahuan kepada anak cucu, agar mereka mengenal rumah adatnya sendiri," kata Mahyudin lagi.

Masyarakat Dayak Kayan, di desa Miau Baru Kecamatan Kombeng Kabupaten Kutai Timur merupakan salah satu komunitas Dayak terbesar di Indonesia.

Lebih dari 5.000 orang Dayak hidup di desa Miau Baru. Dayak Kayan di Miau Baru berasal dari Apoyakan, wilayah perbatasan antara Indonesia Malaysia.

Mereka awalnya berjalan kaki menyusuri hutan selama berbulan bulan sebelum akhirnya tiba di kecamatan Kombeng sekitar tahun 1969.

Mereka pergi dari daerah asalnya, karena menyelamatkan diri dari serangan penyakit mematikan. Kepergian mereka ke Kombeng adalah untuk menyelamatkan diri dan menemukan kehidupan yang baru, yang lebih menyenangkan. ***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/