Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Progres Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B di Pekan ke-31 Capai 10,43 Persen
Pemerintahan
23 jam yang lalu
Progres Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B di Pekan ke-31 Capai 10,43 Persen
2
Aditya Raih Norma GM, Eka Putra Wirya: PB Percasi dan Sponsor Bangga
Olahraga
21 jam yang lalu
Aditya Raih Norma GM, Eka Putra Wirya: PB Percasi dan Sponsor Bangga
3
Target Terpenuhi, Aditya Raih Norma GM di Pertamina Indonesian GM Tournament 2024
Olahraga
22 jam yang lalu
Target Terpenuhi, Aditya Raih Norma GM di Pertamina Indonesian GM Tournament 2024
4
Pj Gubernur DKI Tekankan Pentingnya Sosialisasi UU DKJ
Pemerintahan
23 jam yang lalu
Pj Gubernur DKI Tekankan Pentingnya Sosialisasi UU DKJ
5
Sutradara Jelaskan Film 'Deadpool & Wolverine' Tak Hanya untuk Penggemar Berat
Umum
21 jam yang lalu
Sutradara Jelaskan Film Deadpool & Wolverine Tak Hanya untuk Penggemar Berat
6
Inovasi EPS PLN Percepat Pembangunan Gardu untuk Penuhi Kebutuhan Listrik Pelanggan
Pemerintahan
22 jam yang lalu
Inovasi EPS PLN Percepat Pembangunan Gardu untuk Penuhi Kebutuhan Listrik Pelanggan
Home  /  Berita  /  Sumatera Utara

Begini Harapan Ulama Sumut Pada Pilkada 27 Juni Nanti

Begini Harapan Ulama Sumut Pada Pilkada 27 Juni Nanti
ilustrasi
Senin, 25 Juni 2018 22:08 WIB
Penulis: Anita
MEDAN - Menjelang proses pemilihan kepala daerah khususnya Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara, para pemuka ulama memberikan harapannya terkait proses berjalannya pesta demokrasi tersebut.

Salah satunya Kiyai Mukhlis Syam. Menurutnya semua pihak harus menjunjung tinggi nilai-nilai tasamuh yang ada di dalam islam. 'Tasamuh' artinya tenggang rasa atau toleransi.

"Di Indonesia ini terdiri banyak golongan, baik agama dan suku. Maka, seperti yang ada di dalam AlQuran, bagiku agamaku, bagimu agamamu," ujarnya, Senin (25/6/2018).

Pilkada, kata Mukhlis merupakan urusan hablum minannas, urusan segenap manusia bukan hanya kepada saudara seiman saja.

"Urusan hablum minallah itu urusan vertikal kepada Allah, pribadi ke pribadi, tetapi kalau horizontal bagaimana kita mengurus dengan sesama manusia," ungkapnya.

Posisi Islam yang rahmatan lilalamin,kata Mukhlis harus sebagai mediator dan perekat semua umat manusia,bukan sebagai media pemecah belah.

"Di dalam islam sendiri,ada yang qunut ada yang tidak ya sah-sah saja," ungkapnya.

Ia menjelaskan, dahulu Nabi Muhammad SAW menggunakan Piagam Madinah sebagai media pemersatu semua kalangan yang berada di kota suci itu.

"Bahkan Rasul berdiri saat ada jenazah yahudi lewat, ketika ditanya sahabat kata Rasul penghormatan sesama umat manusia," ungkapnya.

Ia berharap ke depan Sumut dapat menjadi negeri baldatun thayyibatun warabbun ghafur. Oleh karenanya ia mengajak seluruh umat Islam untuk salat istikharah setelah salat Subuh ketika akan memilih di tanggal 27 Juni nanti.

"Bila kita terus berselisih paham kapan negara ini mau maju? Mari kita bersatu dan menjaga negara ini agar tetap aman," ungkapnya.

Bagi Mukhlis, ada kesesuaian antara Piagam Madinah dengan Pancasila yang ada dewasa ini. Keduanya sama-sama memelihara persatuan dan kepentingan penduduk wilayah atau negara tersebut.

"Ingat perjuangan para ulama menegakkan negara ini, kita merdeka juga karena banyak ulama yang berjuang. Beliau-beliau itu memperjuangkan untuk semua umat yang ada di Indonesia ini. Pancasila itu juga karena persetujuan para ulama yang mengakomodir semua kalangan," ungkapnya.

Mukhlis menjelaskan, esok hari ia akan memberikan tausiyah di sebuah acara di mana ada kalangan Eramas dan Djoss di dalamnya. Semuanya menurutnya harus bersatu menjaga kedamaian dan ketentraman.

"Semuanya harus berjuang, di Djoss saudara saya, di Eramas juga saudara saya, kita tak boleh bermusuhan," ungkapnya.

Hal senada disampaikan seorang ulama lainnya,Thamrin Munthe. Baginya,di dalam Alquran telah dimuat jelas bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa bangsa.

Sehingga bagi Thamrin, umat Islam hendaknya harus menjadi perekat segala perbedaan yang ada.

"Memilih pemimpin itu juga harus ditimbang dari semua segi, rekam jejak,pengalamannya," ungkapnya.

Ia menyayangkan bila ada oknun yang ingin merobek persatuan dan kesatuan bangsa.

"Sistem Undang-Undang kita sudah mengatur tata cara pemilihan Gubernur dan Wagub. Lebih lanjut juga mengatur bagaimana cara mengelola sebuah daerah. Keduanya tidak bisa melangkah di luar yang telah digariskan," ungkapnya.

Menurutnya bila ada oknum yang ingin menambah partisi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Thamrin yakin umat islam telah dewasa menanggapinya.

"Semuanya baik, bila ada yang mengajak salat Subuh berjamaah lalu mengawal proses pemilu itu baik, saya mengajak semua salat lima waktu juga berjamah," ujarnya.

Sementara itu, H Abdul Muluk Siregar, salah seorang tokoh masyarakat Sumatera menyebutkan, Pilkada di Sumatera utara kali ini seperti yang diungkapkan Magnis Suseno adalah bukan mencari siapa yang terbaik, tetapi mencegah yang terburuk menjadi pemimpin.

Dalam pilkada seharusnya mewujudkan pemimpin yang mampu membuat pihak atau kelompok yang kalah tetap merasa menang dan terayomi, bukan merasa terasingkan, bukan seperti yang seperti dikondisikan saat ini seolah olah sumatera utara yang sangat heterogen dengan penduduk berbagai suku, ras dan agama ini harus dikuasai oleh satu kelompok saja.

Editor:Fatih
Kategori:Sumatera Utara, Politik, Peristiwa, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/