Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
Olahraga
21 jam yang lalu
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
2
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
Umum
22 jam yang lalu
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
3
Lawan Chinese Taipei, Fajar/Rian Tambah Keunggulan Indonesia 2-0
Olahraga
21 jam yang lalu
Lawan Chinese Taipei, Fajar/Rian Tambah Keunggulan Indonesia 2-0
4
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Umum
22 jam yang lalu
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
5
Brad Pitt Kepergok Jalan Bareng Ines De Ramon di Pantai Santa Barbara
Umum
22 jam yang lalu
Brad Pitt Kepergok Jalan Bareng Ines De Ramon di Pantai Santa Barbara
6
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
Olahraga
7 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Agus Sutanto, Korban Pemuda Ugal-ugalan Yang Menggenggam Emas Asia

Agus Sutanto, Korban Pemuda Ugal-ugalan Yang Menggenggam Emas Asia
Agus Sutanto (biru) dan Tatok Hardiyanto. (GoNews.co/Azhari)
Selasa, 03 Juli 2018 00:11 WIB
Penulis: Azhari Nasution
JAKARTA - Lumpuh bukan berarti tidak berdaya apa lagi mati. Juga bukan tidak berarti. Sepanjang jantung masih berdetak dan nafas berhembus, sepanjang itu pula manusia tetap bermakna.

Bagaimana seseorang akan menjadikan makna itu bermakna  penuh arti tergantung dari keteguhan perjuangan mengatasi  keterbatasan yang ada untuk bangkit menghiasi kehidupan ini dengan usaha dan karya terbaik.

Kegigihan mengatasi keterbatasan dan rasa malu akibat keterbasan itulah yang mengangkat Agus Sutanto menjadi atlet tenis meja andalan Indonesia. Lahir normal dan harapan masa depannya cukup terang setelah menjadi Pegawai Negeri Sipil di Disporda Provinsi Jawa Barat berubah total akibat tindakan ugal-ugalan seorang pemuda dalam mengendarai sepeda motot.

Agus tertabrak hingga mengalami cedera parah. Kaki kanannya mati tidak bisa digerakkan. Kecelakaan yang dialaminya tahun 2006 itu membuat dia lumpuh.

Kehidupan yang semula terang telah berubah menjadi gelap bagi Agus. Tidak tahu apa yang akan dilakukan dengan kondisi tubuh tidak normal itu. Kehadirannya seperti tidak berarti sehingga minder terus frutrasi dan bahkan ingin bunuh diri.

Enam tahun pria kelahiran Bandung itu  bergulat dengan keterbatasannya. Setelah menerima kenyataan yang dialami, pada tahun 2012 jalan terang kembali melintas. Pertemuannya  dengan Ketua NPC Indonesia Bandung, Adik Fachroji  menjadi titik kebangkitan hidup Agus. Dia mendapat tawaran untuk menjadi atlet tenis meja difabel.

Karena sebelumnya Agus memang seorang atlet tenis meja maka dia pun mau bergabung berlatih. Hasilnya, dia langsung diberikan kepercayaan mewakili Jawa Barat di Peparnas (Pekan Paralympic Nasional) 2012. Medali emas pun diraih sehingga dia dipanggil bergabung masuk pelatnas untuk menjadi andalan memperkuat tim Indonesia.

Dalam membela Merah Putih, prestasi Agus sangat luar biasa. Dia menyabet tiga medali emas di nomor TT-5 pada parhelatan ASEAN Paragames 2013 Myanmar. Meningkat ke tingkat Asia, Agus pun tidak tersaingi.

Dia merebut emas di nomor TT-5 perorangan Asian Paragames 2014 di Incheon, Korea Selatan. Kejayaannya untuk tingkat Asia Tenggara kembali diulangi pada ASEAN Para Games Singapura 2015 dan Kuala Lumpr Malaysia 2017.

Kini bapak tiga anak itu kembali akan menjadi ujung tombak Indonesia untuk mempersembahkan emas pada Asian Para Games (APG) 2018 yang kebetulan akan dilaksanakan di Indonesia, Oktober mendatang.

"Mudah-mudahan saya bisa mempertahankan emas yang diraih di Incheon. Selain itu saya ingin memberikan yang lebih untuk bangsa Indonesia saat bermain di rumah sendiri," ujar Agus saat ditemui pada Test Event Tenis Meja APG 2018 di Arena GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (1/7/2018).

Dia menyatakan, lawan berat akan datang dari Korea Selatan, China dan Taiwan. Negara-negara itu aktif mengirimkan para pemainnya mengikuti turnamen internasional dan juga menggelar kejuaraan berskala dunia. Tidak mengherankan bila peringkat dunia para pemain itu lebih baik dari Agus yang kini berada di posisi 14 dunia.

"Sebelumnya saya sempat masuk sembilan besar dunia. Namun karena kalah aktif mengikuti turnamen internasional jadi turun. Kita dibtasi untuk ikut turnamen internasional," ujar Agus kelahiran 6 Desember 1968 itu.

Dalam menghadapi APG 2018, Agus dan rekan-rekannya digembleng di Solo yang merupakan markas NPC Indonesia.

"Kami sudah mengikuti uji coba ke Slovania. Maksudnya untuk mengukur kekuatan sendiri dan lawan. Namun jarang bertemu pemain bagus China, Korea atau pun Taiwan. Mereka seperti menyimpan kekuatan," ucap Agus yang didampingi pasangannya dalam bermain ganda Tatok Hardiyanto.

Selain di tunggal, Agus mencoba untuk membuat kejutan bersama Tatok pada nomor ganda. Mereka pun sudah menyiapkan diri dengan keras. Agus, Tatok dan 30 atlet difabel nasional sudah membuktikan mampu mengatasi keterbatasan untuk memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara.

Demi mengumandangkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan mengibarkan Merah Putih, Agus tidak mengenal menyerah bergerak di atas kursi roda memburu bola pingpong dan menaklukan lawan. Duduk di kursi roda dengan kaki dibalut kayu, dia mengayunkan bet di tangan kanan dan menggerakkan kursi roda dengan tangan kiri. Gerakannya lincah untuk memburu prestasi terbaik.***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Olahraga, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/