Baru 9,09 Persen yang Divaksin MR, Rubella Sudah Mengintai Anak-anak dan Ibu Hamil di Siak
Penulis: Ira Widana
Hal itu terbukti dengan rendahnya capaian imunisasi MR di Kabupaten Siak yang hanya 9,09 persen dari jumlah 147 ribu anak usia 9 bulan hingga di bawah 15 tahun.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Siak, dr Tony Chandra saat dikonfirmasi GoRiau.com mengatakan kasus Rubella sebenarnya sangat banyak terjadi di Siak. Bahkan anak seorang dokter pun ada yang terkena virus berbahaya itu.
"Kasus yang terjadi pada Restu itu salah satu contohnya. Masih ada lagi 12 kasus yang sama di Kecamatan Bungaraya, dari 13 yang terkena campak, 12 diantaranya positif Rubella. Kita sudah mulai 1 Agustus 2018, tapi respon masyarakat sangat rendah. Baru 9,09 persen saja anak di Siak yang divaksin MR," kata dr Tony, Senin (1/10/2018).
Dari hasil survei laboratorium yang sudah dilakukan tim Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Siak ada tiga kecamatan yang sudah positif akan menjadi penyebaran virus mematikan ini. Tiga kecamatan itu, Bungaraya, Sungai Apit dan Sungai Mandau.
"Saya sebagai kepala Dinas Kesehatan punya tanggung jawab yang besar untuk melakukan pencegahan penyebaran virus yang mudah menular dan berbahaya ini, terkhusus kepada ibu hamil. Ibu hamil ini tidak bisa diberi vaksin, makanya jika sudah tertular, akan mempengaruhi fisik bayinya," kata dr Tony.
Seorang ibu hamil yang sudah terkena virus Rubella ini, implikasi yang dapat terjadi ialah janin yang lahir pertumbuhannya bisa terhambat, menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, lahir mati, serta berbagai cacat lahir, tapi semua ini tergantung berapa lama si Ibu terkena virus.
Resiko paling tinggi terjadi selama tahap awal perkembangan bayi dan mulai menurun ketika kehamilan bertambah besar. Jika terkena rubella selama 12 minggu pertama kehamilan, ada kemungkinan besar (hingga 85 persen) bayi mengalami sindrom rubella congenital.
Ada banyak masalah serius yang berhubungan dengan sindrom rubella kongenital, yang paling umum adalah ketulian, cacat mata yang bisa memicu kebutaan, cacat pada jantung, dan masalah neurologis seperti keterbelakangan mental. Cacat lainnya bisa muncul saat lahir atau terlihat nanti pada masa kanak-kanak.
"Konsekuensi yang berat ini harus diterima masyarakat jika tidak ingin anaknya divaksin MR. Makanya kami kembali menekankan pentingnya anak usia 9 bulan hingga 15 tahun untuk divaksin MR. Bawa anak-anak kita sedini mungkin untuk divaksin MR," tandasnya lagi. ***
Kategori | : | Pemerintahan, Riau, GoNews Group |