Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
15 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
2
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
Umum
17 jam yang lalu
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
3
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Olahraga
14 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
4
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
Pemerintahan
14 jam yang lalu
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
5
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
Pemerintahan
13 jam yang lalu
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
6
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Olahraga
15 jam yang lalu
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Miris, Puluhan Remaja Putri di Pekanbaru dan Surabaya Nekat Sayat Tangan, Ini Kata Kak Seto

Miris, Puluhan Remaja Putri di Pekanbaru dan Surabaya Nekat Sayat Tangan, Ini Kata Kak Seto
Rabu, 03 Oktober 2018 12:28 WIB
Penulis: Barkah Nurdiansyah
PEKANBARU - Dewasa ini, media sosial (medsos) menjadi  salah satu hal yang diperlukan, diantaranya untuk berbagi kabar berita maupun untuk berbgai informasi.

Ada banyak jenis medsos yang tengah digandrungi anak-anak muda Indonesia, mulai dari facebook, twitter, whatsapp, tiktok, instagram dan banyak lagi.

Dari sekian banyak hal positif yang bisa dilakukan di-medsos, ternyata terselip hal-hal negatif yang bisa ditimbulkan jika si-user tidak bijak dalam menggunakan medsos.

Bahkan dampak negatif dari kesalahan dalam menggunakan medsos bisa lebih buruk dari narkoba.

Seperti yang baru-baru ini terjadi di Kota Pekanbaru, Riau, tercatat ada sekitar 55 siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) 18 Pekanbaru kedapatan memilki luka sayatan di tangannya.

Sempat dikabarkan karena efek dari minuman energi 'Torpedo', ternyata penyebab aksi nekat para remaja ini adalah sebuah tantangan (challenge) untuk menyayat tangan yang videonya cukup banyak tersebar di whatsapp dan youtube.

Peristiwa remaja nekat menyayat tangan ini bukan pertama kali terjadi di Pekanbaru, insiden serupa juga terjadi di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim). Di sana, ada sekitar 56 siswi SMP yang nekat menyayat tangannya.

Berbeda dengan di Kota Pekanbaru, puluhan siswi SMP di Surabaya nekat melukai diri sendiri akibat tekanan mental dan masalah psikologisnya.

Terkait insiden siswi SMP menyayat tangan ini, seorang pemerhati anak dan juga psikolog anak, Seto Mulyadi mengatakan, peristiwa ini perlu ditanggapi serius dan harus disimpulkan secara jernih apa penyebabnya.

"Masalah ini harus bisa disimpulkan secara jernih (bukan sekedar efek dari minuman). Bisa saja ada penyebab lainnya, seperti tekanan dalam keluarga maupun tekanan di pendidikannya," kata pria yang akrab dipanggil Kak Seto itu.

Kak Seto menjelaskan, tekanan yang dialami remaja di sekolah, seperti kurikulum, pendidikan yang terlalu keras serta PR (pekerjaan rumah) yang terlalu banyak bisa saja membuat perilaku anak jadi menyimpang.

"Karena tekanan dan kejenuhan serta kurangnya perhatian orangtua, membuat anak-anak dan remaja akhirnya mencari pelarian dengan cara yang salah, seperti narkoba dan juga medsos," tuturnya saat dihubungi GoRiau.com, Rabu (2/10/2018).

"Dampak buruk dari penggunaan medsos bisa muncul karena kurangnya komunikasi anak dengan orangtua dan juga komunikasi dengan guru saat di sekolah. Menjadikan lingkungan yang tidak ramah anak," sebutnya.

Melihat dari kejadian yang cukup menghebohkan dengan melibatkan remaja perempuan ini, Kak Seto mengungkapkan, kendala psikologis menjadi pemicu para remaja mencari pelarian ke medsos untuk menonjolkan diri dan dianggap meski dengan cara yang salah.

"Remaja perempuan berbeda dengan laki-laki, anak perempuan tidak bisa menonjolkan diri dengan aksi-aksi seperti laki-laki dan cenderung tertutup dan akhirnya lari ke medsos untuk bisa menonjolkan diri meski harus melakukan tindakan berbahaya," jelasnya.

"Frustasi karena tidak diterima lingkungan. Akibatnya jiwa muda yang menggelora dan tidak mendapat penghargaan itu, memaksa anak membuat sebuah perilaku tersendiri agar mendapat suatu pengakuan," lanjutnya.

Agar hal ini tidak terulang kembali, Kak Seto mengajak para orangtua maupun guru-guru untuk bisa memberikan apresiasi kepada anak-anaknya, khsusunya yang sudah remaja. Sebab, usia remaja menjadi masa untuk mencari jatidiri dan menunjukkan kemampuannya.

"Orangtua jangan hanya menilai kepintaran anak dari akademiknya saja, namun juga ada kepintaran lainnya yang perlu di apresiasi agar mereka tidak mencari tempat pengakuan yang keliru dan justru memberikan dampak buruk," tegasnya.

"Di usia remaja inilah, anak perlu dihargai dan diapresiasi. Bakat positifnya harus disalurkan, jangan hanya anak yang bisa matematika dibilang pintar, sedangkan yang berbakat pada seni dan lainnya tidak dianggap pintar. Semua sama, punya kemampuan dan bakat masing-masing dan itu perlu perhatian," pungkasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/