Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Protes Resmi Tim U-23 Indonesia Terkait Kepemimpinan Wasit
Olahraga
5 jam yang lalu
Protes Resmi Tim U-23 Indonesia Terkait Kepemimpinan Wasit
2
Selebritas Tanah Air Turut Berduka Berpulangnya Babe Cabita
Umum
4 jam yang lalu
Selebritas Tanah Air Turut Berduka Berpulangnya Babe Cabita
3
Vokalis Firehouse, CJ Snare Meninggal Dunia
Umum
4 jam yang lalu
Vokalis Firehouse, CJ Snare Meninggal Dunia
4
Robert Downey Jr Akan Kembali sebagai Iron Man
Umum
4 jam yang lalu
Robert Downey Jr Akan Kembali sebagai Iron Man
5
Billie Eilish Rilis Album Ketiga
Umum
4 jam yang lalu
Billie Eilish Rilis Album Ketiga
6
Ammar Zoni Rayakan Lebaran di Penjara Tanpa Kehadiran Keluarga
Umum
4 jam yang lalu
Ammar Zoni Rayakan Lebaran di Penjara Tanpa Kehadiran Keluarga
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Dilema Menjadi Ketua RT, Sering Terabaikan Namun Dibutuhkan

Dilema Menjadi Ketua RT, Sering Terabaikan Namun Dibutuhkan
Ilustrasi.
Rabu, 07 November 2018 13:21 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Peran Rukun Tetangga (RT) tidak bisa dinafikan dalam sistem kemasyarakatan di pedesaan maupun perkotaan. Tugas yang diemban seorang Ketua RT sungguhlah berat. Di samping membantu pemerintah dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat, ia jadi tumpuan untuk menyelesaikan berbagai persoalan di lingkungan terkecil desa.

Tak jarang, ia pun ikut jadi sasaran amarah warga yang tidak puas terhadap kinerja pemerintahan di atasnya. Di sisi lain, apresiasi pemerintah terhadap peran Ketua RT masih kurang. Kesejahteraan mereka terabaikan. Tak ayal, jabatan Ketua RT selama ini sering jadi momok dan cenderung dihindari.

Banyak kisah yang menarik untuk di ketahui dan dapat dijadikan renungan bagi kita semua untuk lebih menghargai serta memahami aparat pemerintahan yang paling ujung ini. Mereka ini termasuk katagori Pahlawan tanpa tanda jasa.

Hal inilah seperti yang dikeluhkan salah satu Ketua RT di Desa Ciantra, Cikarang Selatan bernama Kiwil Wahyuddinningrat. "Kita dipilih dari warga oleh warga untuk warga. Siapapun boleh mencalonkan atau dicalonkan tanpa ada suatu paksaan. Tapi yang aneh menurut saya, tidak ada yang mau dicalonkan entah apa alasanya, padahal menjadi Pengurus Ketua Rukun Tetangga dimanapun kita tinggal di atur dalam Skep Gubernur No. 36 Th 2001 tentang Pedoman Rukun Warga dan Rukun Tetangga “disini warganya gak ada yang mau jadi Rt," ujarnya.

Selama menjadi Ketua Rt kata dia, Kiwil banyak mengalami suka maupun duka. "Tapi jujur saja, saya  lebih banyak mengalami dukanya. Seperti persoalan ada keributan yang timbul di lingkungan warga, siang atau malam pasti mencari Ketua Rt," tandasnya.

Sebab kata dia, warga beranggapan yang bisa menyelesaikan persoalan di lingkungan adalah Rt. Tapi giliran ada acara untuk kebutuhan lingkungan, seperti contoh misalnya dimintai dana rata-rata pada ngegerutu.

"Padahal dana tersebut untuk mengisi uang kas Rt untuk memberi honor keamanan lingkungan, giliran untuk mengisi kas Rt pada nggak ada yang mau bayar atau bayar nya molor," curhatnya.

Menjadi pengurus RT kata dia, seakan tidak ada bagusnya, ibarat “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” dikala tidak ada persoalan dilupakan. "Tapi giliran ada masalah dimanapun kapanpun di cari, memang inilah nasib menjadi pengurus RT," paparnya.

Walaupun demikian ia menyadari,  jabatan ini sangat di perlukan. Karena jika tidak ada RT, maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi di lingkungan itu. "Siapa yang mau ditanya jika kita mencari salah satu alamat saudara atau teman kita. Tugas dan tanggung jawab Pengurus RT sudah di cantumkan dalam dalam Skep Gubernur. Jadi sebagai pengurus di lingkungan sudah tidak repot-repot lagi tinggal menjalankan tugas. Namun dalam pelaksanaan tugasnya perlu dukungan seluruh warga yang ada di lingkungan," paparnya.

"Jadi saya mengingatkan, jangan hanya disaat lagi butuh saja bersikap manis dengan Ketua RT, tapi gilirannya tidak butuh di cuekin. Kita butuh dukungan dari warga," pungkasnya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/