Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
Olahraga
12 jam yang lalu
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
2
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
12 jam yang lalu
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
3
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
Olahraga
12 jam yang lalu
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
4
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
Olahraga
24 jam yang lalu
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
5
Cetak Sejarah Baru, Timnas U 23 Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23
Olahraga
23 jam yang lalu
Cetak Sejarah Baru, Timnas U 23 Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23
6
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
Olahraga
6 jam yang lalu
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
Home  /  Berita  /  GoNews Group

14 Jenazah Korban Tsunami Kembali Ditemukan di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan

14 Jenazah Korban Tsunami Kembali Ditemukan di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan
Minggu, 23 Desember 2018 14:52 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
LAMPUNG - Bencana tsunami yang terjadi di Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018) malam, tidak hanya menerjang pesisir Banten, Jawa Barat,  juga menghantam kota kecamatan di pesisir Lampung Selatan, Lampung.

Seperti dilansir GoNews.co dari Tribunlampung.com, sebanyak 14 korban tewas akibat tsunami Lampung ditemukan di Desa Way Muli Induk, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Minggu (23/12/2018).

Warga dan tim gabungan  masih melakukan pencarian korban lainnya yang mungkin belum ditemukan. Jenazah korban akan disemayamkan di Masjid Nurul Hidayah. Rencananya, jasad korban tewas segera dimandikan untuk dimakamkan.

Desa Way Muli menjadi salah satu desa yang paling parah terkena bencana tsunami Lampung. Bahkan, tidak sedikit rumah warga yang rata dengan tanah. 

Sampai siang ini, proses pencarian korban masih dilakukan. Karena diperkirakan masih banyak korban yang belum ditemukan.

Untuk diketahui, akibat gelombang tinggi yang melanda pesisir Lampung Selatan, Sabtu, 22 Desember 2018 malam, Dermaga Canti di pesisir Kecamatan Rajabasa rusak parah.

Pada Minggu, 23 Desember 2018, Dermaga Canti yang sehari-hari menjadi akses transportasi warga Pulau Sebesi rusak parah. Papan lantai dermaga habis di sapu gelombang tinggi. Beberapa warung di kawasan pantai ini juga rata dengan tanah disapu gelombang tinggi.

Pagi ini aktivitas di Dermaga Canti lumpuh total. Tidak ada aktivitas kapal transportasi tradisional dari Pulau Sebesi. "Semalam gelombang tinggi menghantam. Seluruh lantai dermaga habis tersapu gelombang," kata Yudi, warga sekitar.

Tidak hanya kawasan Dermaga Canti. Gelombang tinggi juga memorak-porandakan sejumlah daerah di kawasan pesisir Lampung Selatan. Dari data BPBD setempat sampai, 7 korban dilaporkan meninggal dunia dan ratusan luka-luka.

Hari ini tim gabungan masih melakukan penyisiran kawasan pesisir pantai guna mencari kemungkinan adanya korban lain yang masih belum ditemukan. Sejumlah rumah warga di kawasan pesisir Kalianda dan Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, rusak parah akibat diterjang gelombang tinggi pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam.

Daerah yang terparah terkena gelombang tinggi PPI Bom, Kalianda Bawah, kawasan Pantai Ketang, Pantai Canti, dan Kunjir di Kecamatan Rajabasa. Kabid Penanganan Bencana BPBD Lampung Selatan Afendi mengatakan, saat ini pihaknya belum melakukan pendataan kerusakan.

Karena masih fokus pada evakuasi warga dan pencarian korban yang mungkin belum ditemukan akibat terbawa gelombang.

"Pagi ini tim gabungan masih melakukan penyisiran untuk mencari kemungkinan adanya korban lain yang belum ditemukan," terang dia.

Sementara itu, sebanyak 8 korban meninggal dunia di wilayah Kecamatan Kalianda akibat gelombang tinggi yang melanda Pesisir Lampung Selatan pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam.

"Sampai dengan pagi ini laporan yang kita dapatkan ada 8 warga kita yang meninggal akibat gelombang tinggi tersebut," kata Camat Kalianda Erdiansyah.

Sedangkan untuk korban luka-luka akibat peristiwa tersebut dilaporkan lebih dari 100 orang. Sedangkan untuk daerah yang terkenda dampak, kata dia, hampir di sepanjang pesisir pantai di wilayah Kecamatan Kalianda. "Kalau daerah yang terkenda dampak sepanjang pesisir pantai, mulai dari Maja, Karet, Ketang, dan Merak Belantung," ujar Erdi.

Menurut dirinya, korban meninggal atau pun luka-luka mungkin saja masih bisa bertambah. Mengingat proses pencarian korban masih terus dilakukan oleh tim Basarnas dan tim gabungan.

Seperti diketahui, gelombang tinggi menghantam kawasan pesisir Lampung Selatan pada Sabtu malam sekitar pukul 21.15 WIB.

Akibat hantaman gelombang tinggi ini, sebagian wilayah kawasan pesisir pun porak-poranda. Sebelumnya BPBD  Lampung Selatan menjelaskan, terdata 7 orang korban meninggal akibat tsunami yang menerjang kawasan pesisir Lampung Selatan pada Sabtu malam.

"Sampai dengan pukul 05.00 WIB dari laporan yang masuk ada 7 korban meninggal dunia," kata Kabid Penanggulangan Bencana BPBD Lampung Selatan Afendi.

Sedangkan untuk korban luka-luka tercatat sampai pagi ini ada 95 orang. Korban meninggal di antaranya ada yang terbawa arus gelombang dan yang terkena reruntuhan bangunan yang roboh terhantam gelombang.

"Jumlah korban ini masih mungkin bertambah. Karena kita masih melakukan pencarian korban bersama dengan tim gabungan," terang Afendi.

Menurut Afendi, untuk daerah yang terkena dampak paling parah ada di sepanjang Pesisir Kecamatan Rajabasa, seperti di Kunjir. Untuk di Kalianda ada di kawasan PPI Bom dan di Sidomulyo di daerah Suak. "Hari ini selain masih melakukan pencaharian korban, kita juga menyiapkan untuk penanggulangan bencana. Menyiapkan untuk kebutuhan dasar masyarakat yang terkena bencana," kata Afendi. 

Penyebab Tsunami

Tsunami menerjang kawasan Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018) hingga menelan korban jiwa dan merusak bangunan. Apa penyebabnya?

Ahli dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko menduga bahwa tsunami dengan ketinggian tertinggi 0,9 meter ini disebabkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau yang pada Sabtu bererupsi hingga 4 kali, terakhir pada pukul 21.03 WIB.

Erupsi gunung api itu diduga menyebabkan guguran material yang jatuh ke lautan dan akhirnya mengakibatkan gelombang tinggi.

Menurut BMKG, gelombang yang menerjang bisa jadi lebih tinggi dari yang terdata sebab ada beberapa wilayah di sekitar Selat Sunda yang punya morfologi teluk seperti di Palu.

Sementera itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mencatat, sebanyak 43 rumah dan 9 hotel mengalami kerusakan berat akibat tsunami yang melanda wilayah pantai di sekitar kawasan Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018).

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kerusakan bangunan sebagian besar terjadi di sejumlah kawasan pemukiman dan wisata di lima wilayah pantai.

"Daerah yang terdampak parah adalah permukiman dan wisata di Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang, dan Pantai Carita," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Minggu (23/12/2018) pagi.

Sementara itu, data secara umum, sebanyak 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka dan dua orang hilang. Data itu merupakan data terkini BNPB pada Minggu hingga pukul 04.30 WIB.

"Dari 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka dan 2 orang hilang terdapat di 3 wilayah yaitu di Kabupaten Padenglang, Lampung Selatan dan Serang," kata Sutopo.

Di Kabupaten Pandeglang daerah yang terdampak terdapat di Kecamatan Carita, Panimbang dan Sumur. Data sementara di wilayah tersebut tercatat 14 orang meninggal dunia, 150 orang luka-luka.

Di Kabupaten Lampung Selatan terdapat tiga orang meninggal dunia dan 11 orang luka-luka. Sedangkan di Kabupaten Serang terdapat tiga orang meninggal dunia, empat orang luka, dan dua orang hilang.

"Penanganan darurat masih terus dilakukan oleh BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat. Bantuan logistik disalurkan," ungkapnya.

Sebelumnya BMKG menyatakan bahwa gelombang yang menerjang sejumlah wilayah di kawasan sekitar Selat Sunda itu merupakan tsunami.

BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu Sabtu (22/12/2018) pukul 21.27 WIB. ***

Sumber:GoNews.co dan TribunLampung
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Lampung
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/