Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
21 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
2
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
24 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
3
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
16 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
4
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
16 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
5
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
21 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
6
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
Olahraga
11 jam yang lalu
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Natalius Pigai Ungkap Jasa Prabowo Soal Freeport dan Papua

Natalius Pigai Ungkap Jasa Prabowo Soal Freeport dan Papua
Minggu, 27 Januari 2019 18:13 WIB
Penulis: Muhammad Dzulfiqar
JAKARTA - Putra asli Papua, Natalius Pigai, mengungkapkan kisah heroik Prabowo Subianto yang berjasa dalam dana royalti 1% penghasilan kotor Freeport untuk rakyat Papua sejak 23 tahun silam, jauh sebelum gembar-gembor divestasi era Jokowi.

Kisah itu, kata Pigai, berawal dari pidato berapi-api Prabowo Subianto di hadapan mahasiswa Papua se-Jawa dan Bali di Kompleks Ajudan Jenderal Bandung pada 30 Desember 1996 silam.

Di tengah segenap mahasiswa yang hadir, Pigai yang kala itu berumur 17 tahun, menghentikan pidato Prabowo yang kala itu berstatus Jenderal aktif.

"Interupsi Jendral!. Anda banyak ngomong, hari ini rakyat Saya menderita di Papua. Fidelis Zonggonau, Paman Kandung Saya memimpin demonstrasi Karyawan Tutup Freeport menuntut keadilan. Sejak kapan Jenderal berbuat baik untuk keluarga saya dan rakyat Papua. Sebaiknya Jenderal Angkat Kaki dari sini," kata Pigai mengenang keberaniannya memutus api pidato Prabowo.

Sontak, lanjut Pigai, Semua peserta kaget dan hening mendengar interupsinya. Saya, kata Pigai, nyaris diusir dan diinterogasi ajudan dan petugas keamanan.

Namun, Ia melanjutkan, rupanya Prabowo mendengar apa yang Ia utarakan. Prabowo pun langsung menyatakan bahwa dirinya telah berbicara dengan Presiden Suharto supaya rakyat Papua dan keluarga Pigai diberikan dana Royalti Freeport 1% dari penghasilan kotor pertahun.

"Apapun cerita heboh dan membahana seantero negeri ini tentang Freeport dan divestasi 51% persen. Sedari dulu Prabowo sudah berbuat nyata bagi rakyat Papua. Minimal keluarga saya, pemilik gunung Nemangkawi), telah menikmati 22 tahun lamanya," kata Pigai.

Pigai yang kini menjadi kritikus politik ini melanjutkan, kisah tersebut menjadi cermin perjuangan Prabowo Subianto dalam kesunyian tanpa mencari penghargaan dan citra seakan-akan pahlawan pembawa berkah.

"Itulah Prabowo Subianto, di balik banyak cerita yang terdengar di telinga, sebuah kisah yang tidak pernah digembar-gemborkan di media nasional, sebagaimana dilakukan oleh petinggi negeri ini yang seakan-akan, sekonyong-konyong dan tiba-tiba menjadi pahlawan kesiangan bagi rakyat Papua," kata Pigai.

Harus diakui, kata Pigai, bahwa dimasa lalu Prabowo memiliki catatan pembebasan sandera warga negara Inggris di Mapenduma Papua, tetapi Prabowo tidak bertindak sendirian. Ada tiga pasukan elit terbaik dunia bergabung dalam Tim yaitu: SAS, Skotland Yard dan Kopasus atas dukungan internasional.

"Prabowo sudah menyadari dan mempelajari berbagai macam buku tentang Doktrin Hukum Humaniter dan Hukum Perang tidak akan mudah diterapkan di masa mendatang," kata Pigai juga pernah menjadi Komisioner Komnas HAM itu.

"Sementara Kejahatan Jokowi selama 4 tahun, tidak kurang dari 6 ribu rakyat Papua ditangkap, dianiaya, dibunuh dan disiksa. Banyak orang mati kelaparan meskipun hidup di atas kekayaan yang melimpah," tukas Pigai menambahkan.

Sementara, masih kata Pigai, operasi militer di Papua di Hari Raya Kelahiran Yesus Kristus, Pendeta seorang Hamba Tuhan, dibunuh.

Oleh karena itu, kata Pigai, hari ini dirinya berdiri di garis Prabowo untuk merubah dan membangun Mosaik Indonesia yang berbasis HAM: nilai demokrasi, nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian dan keadilan.

"Sebuah nilai-nilai artifisial yang diabaikan oleh Pemerintah Joko Widodo 2014-2019," tutup Pigai yang dikenal orang sebagai Aktivis Kemanusiaan itu.***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/