Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
13 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
12 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
13 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
14 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
12 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
15 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Keluarga Petugas KPPS Biaro Agam yang Meninggal Usai Pemilu Mengaku Ikhlaskan Kepergian Anaknya

Keluarga Petugas KPPS Biaro Agam yang Meninggal Usai Pemilu Mengaku Ikhlaskan Kepergian Anaknya
Orang tua almarhum petugas Ketua KPPS TPS 13 Biaro, Ari Akbar (25) yang meninggal usai pemilu pada 26 April 2019 lalu, Akmal dan Sepriati yang mengaku ikhlas dengan kepergian sang anak usai bertugas menjadi panitia KPPS. (Doc Ady)
Kamis, 16 Mei 2019 16:30 WIB
Penulis: Jontra
AGAM - Pihak keluarga petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) Biaro, Agam yang meninggal usai perhelatan Pemilu serentak 17 April 2019 lalu digelar, mengaku telah mengikhlaskan kepergian anaknya untuk menghadap sang Illahi.

Diduga karena kelelahan, seorang petugas KPPS yang bertugas di tempat pemungutan suara (TPS), meninggal dunia pada Jumat 26 April 2019 lalu. Petugas tersebut adalah Ari Akbar (25), dia menjabat sebagai Ketua KPPS 13 di Jorong Koto Marapak, Nagari Lambah, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam. Dan jasadnya telah dimakamkan di pemakaman keluarga pada Sabtu 27 April 2019 lalu.

"Almarhum telah kami makamkan pada hari Sabtu, saya sebagai ibunya dan keluarga besar kami telah merelakan kepergian Ari,"ucap Sepriati yang didampingi oleh bapak korban Akmal di rumahnya.

Sebelum meninggal, Sepriati menjelaskan, anaknya itu bertugas sampai larut malam, baik sebelum pemilihan maupun setelah pemilihan berlangsung di TPS 13 Jorong Koto Marapak, Nagari Biaro, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam.

"Saat bertugas tanggal 17 April itu memang sampai dini hari. Diduga dia kelelahan dengan kondisi yang dialaminya, saya tidak setuju kepergian anak saya dikaitkan dengan isu yang berkembang secara nasional yang menyebutkan petugas KPPS diracuni oleh orang tak bertanggungjawab, karena hal itu tidak benar, dan ini merupakan sudah ketentuan dan takdir dari Yang Maha Kuasa." Kami relakan dia menjadi Pahlawan Demokrasi dari beratnya pekerjaan para petugas dalam Pemilu Serentak tahun 2019 ini," ungkapnya lagi.

"Setelah bertugas, Ari Akbar dikabarkan sempat mengalami demam. Selain itu, ia juga mengeluhkan dadanya terasa panas dan sakit. Namun, korban tidak mau dibawa berobat ke rumah sakit dengan alasan biar saja dirawat di rumah nanti juga sembuh, kata orang tuanya. Akhirnya pada Jumat 26 April 2019 malam sekira pukul 23.00 WIB, nyawanya tidak tertolong, dan Ari Akbar menghembuskan nafas terakhirnya di kediaman orang tuanya, ungkap Wali Nagari Lambah, Amril Hasan.

"Sebelum Pemilu berlangsung, almarhum Ari Akbar kita ketahui tidak mengidap penyakit serius lainnya, dan dia memang tipikal orang yang tidak suka mengeluh dengan kondisi tubuhnya, sebut Amril.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Wali Jorong Koto Marapak, Andri Agus menurutnya, pada waktu bertugas almarhum Ari Akbar terlihat dalam kondisi sehat. Walaupun, sebelum Pemilu berlangsung memang para petugas KPPS begadang untuk menyiapkan keperluan di TPS sembari menunggu datangnya pendistribusian surat suara dan kotak suara di kantor Wali Nagari Biaro, ujarnya.

Tetapi setelah bertugas, nampaknya almarhum mengalami kondisi sakit yang diduga penyebabnya karena faktor kelelahan, karena kerja yang terforsir sebelum pemilu dilangsungkan dan setelah pemilu dilaksanakan, tukasnya.

Menyikapi fenomena banyaknya petugas KPPS yang meninggal usai Pemilu serentak ini secara nasional, salah seorang Pengamat Sosial Masyarakat, Asraferi Sabri mengatakan selain hal ini memang sudah ketentuan takdir, faktor menumpuknya pekerjaan yang dilaksanakan oleh petugas pra dan pasca pemilu dilaksanakan itu juga menjadi penyebab utamanya.

Karena, pemilu serentak yang baru pertamakali diadakan di Indonesia ini membuat para panitia kelimpungan untuk menyiapkan segala sesuatunya. Selain itu, pengecekan kesehatan para petugas KPPS tidaklah seketat seperti para calon anggota legislatif. Begitu mereka dinyatakan sehat oleh Puskesmas dengan pemeriksaan kesehatan biasa, mereka sudah diperbolehkan untuk menjadi petugas KPPS, siapa yang tahu mereka yang telah ditunjuk untuk menjadi panitia memiliki riwayat penyakit kronis sebelum agenda pemilu, ucapnya.

Jika dikaitkan dengan politik yang mengatakan bahwa jika capres yang ini menang, petugas KPPS nya meninggal itu adalah omong kosong. Karena data yang ada menyebutkan, tidak peduli siapapun capres pemenangnya, jika petugasnya mengalami penyakit yang parah dan sudah ajal, tentu nyawa mereka tidak akan tertolong, tukuknya.(**)

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/