Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
Umum
14 jam yang lalu
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
2
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film "That '90s Show" Season 2
Umum
15 jam yang lalu
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film That 90s Show Season 2
3
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
Olahraga
12 jam yang lalu
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
4
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
Umum
14 jam yang lalu
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
5
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
Pemerintahan
14 jam yang lalu
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
6
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Olahraga
11 jam yang lalu
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Aksi 22 Mei, Pengamat: Keikutsertaan Mantan Kopassus dan PPIR Lahir dari Rasa Simpati

Aksi 22 Mei, Pengamat: Keikutsertaan Mantan Kopassus dan PPIR Lahir dari Rasa Simpati
Senin, 20 Mei 2019 21:47 WIB
JAKARTA - Pengamat Politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah menanggapi sikap sejumlah mantan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Prajurit Pejuang Indonesia Raya (PPIR), yang akan ikut turun gunung pada aksi 22 Mei 2019, Rabu besok. Dia menilai, langkah tersebut lahir dari simpati.

Menurut Dedi, hal ini merupakan dampak dari cara represif pemerintah dan aparat dalam menghadapi gerakan massa aksi yang hendak melakukan demo secara serentak di depan kantor KPU jelang pengumuman hasil Pemilu 2019. Akibatnya, berbagai kelompok justru bersimpati pada gerakan kedaulatan rakyat tersebut.

"Pemerintah harus bijak, jika tidak maka akan menyulut gerakan yang semakin solid dan berkembang. Kita punya pengalaman pada aksi-aksi sebelumnya, dimana pendekatan humanis jauh lebih baik daripada menekan dengan kekuasaan," ujar Dedi, melalui pesan singkat Aplikasi WhatsApp, Senin (20/5/2019).

Lebih jauh, peneliti Pusat Studi Demokrasi dan Partai Politik (PSDPP) ini menyampaikan, bahwa purnawirawan merupakan masyarakat biasa yang kembali memiliki hak politik.

"Purnawirawan masyarakat biasa yang kembali memiliki hak politik, sehingga keikutsertaan mereka sangat mungkin lahir dari simpati kepada publik," paparnya.

Tak hanya itu, Doktor Diplomasi Politik dan Kajian Media ini pun menegaskan, bahwa tindakan represif aparat kepolisian saat ini juga menjadi pemantik membesarnya simpati publik.

"Tentu menjadi salah satu pemantik, selain juga ada elit yang justru tidak berupaya meredam," ungkapnya.

Seperti diketahui, sebelumnya, Mantan Kapolda Metro Jaya, Komjen Pol (Purn) Mohammad Sofjan Jacoeb menyebutkan, bahwa pada tanggal 22 Mei 2019.***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:VIVA.CO.ID
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/