Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
18 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
2
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
12 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
3
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
14 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
4
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
6 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
5
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
7 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
6
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
11 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Dodol Kelapa Sawit, Makanan Unik dari Desa Alam Panjang yang Belum Terjamah Promosi

Dodol Kelapa Sawit, Makanan Unik dari Desa Alam Panjang yang Belum Terjamah Promosi
Tim dosen Umri bersama ibu-ibu anggota kelompok PKK Desa Alam Panjang, Rumbio Jaya, Kampar. (ist)
Rabu, 11 September 2019 06:54 WIB
PEKANBARU - Dalam rangka melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, tim dosen Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) pada Selasa (10/9) melaksanakan Program Kemitraan Masyarakat Stimulus (PKMS) di Desa Alam Panjang, Kecamatan Rumbio Jaya, Kabupaten Kampar, Riau.

Di desa yang terdapat banyak kebun kelapa sawit ini, ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) melaksanakan sebuah kegiatan kewirausahaan, yaitu pembuatan dodol kelapa sawit.

Dodol kelapa sawit merupakan salah satu makanan unik yang hanya diproduksi oleh kelompok PKK Desa Alam Panjang. Sayangnya, dodol jenis ini tidak diproduksi rutin oleh ibu-ibu kelompok PKK di desa ini. Hal ini disebabkan pembuatannya cukup rumit dan memakan waktu cukup lama.

Selain pembuatannya yang tidak efektif, cara mengenalkan produk ini dan bentuk kemasan yang sederhana membuat dodol kelapa sawit belum banyak dikenal masyarakat.

Tim dosen Umri yang terdiri dari Desliana Dwita, S.IP, M.I.Kom (dosen Prodi Ilmu Komunikasi), Wan Laura Hardilawati, S.E, M.M (dosen Prodi Manajemen) dan Novia Gesrian Tuti, S.Si, M.Si (dosen Prodi Biologi) memberikan pelatihan dan penyuluhan tentang strategi promosi dodol kelapa sawit melalui media online dan juga pelatihan pembuatan kemasan dodol yang menarik.

Dalam penyampaian materi tentang strategi promosi dodol kelapa sawit melalui media online tim dosen ini menyampaikan bahwa salah satu strategi perencanaan pemasaran melalui media online adalah merencanakan jenis media yang akan digunakan. Di antara banyak media sosial yang tersedia, harus dipilih yang benar-benar dapat efektif mempromosikan dodol kelapa sawit. Bisa dilihat dari mayoritas penggunanya atau banyaknya variasi dalam memuat foto-foto promosi produk yang akan dipromosikan.

Sedangkan dalam rangka pengawasan strategi pemasaran yang telah dilakukan, perlu dijaga komunikasi dengan para konsumen agar terus berjalan dan terjaga dengan baik.

Sementara materi tentang cara membuat kemasan produk yang menarik, tim dosen ini memberikan rahasia kepada ibu-ibu PKK Desa Alam Panjang, yaitu dengan memilih warna yang tepat, memilih bentuk kemasan yang sesuai, serta kemasan harus mudah dimengerti. Pelatihan ini membuat para ibu-ibu peserta pelatihan bersemangat untuk tetap memproduksi dodol kelapa sawit.

Meskipun sempat berhenti memproduksi, setelah mengikuti pelatihan ini para ibu PKK Desa Alam Panjang mengaku mendapat tambahan pengetahuan dan keterampilan tentang cara mempromosikan dodol kelapa sawit agar lebih dikenal lewat media online dan cara membuat kemasan dodol menjadi lebih menarik. Setelah dilakukan hal tersebut, tentu saja akan berdampak pada peningkatan penjualan produk.

''Namun sayangnya, kami masih harus membuat dodol dengan cara tradisional. Kami harus mengeluarkan tenaga untuk mengaduk dodol dan waktu yang cukup lama hingga dodol benar-benar siap untuk dimakan,'' kata salah seorang peserta.

Peralatan yang masih sederhana dan penjualan yang belum terlalu banyak membuat ibu-ibu ini tidak terlalu bersemangat untuk terus-menerus memproduksi dodol kelapa sawit.

''Mungkin jika kami sudah memiliki alat yang tidak harus mengeluarkan tenaga cukup besar untuk mengaduknya, kami akan lebih bersemangat lagi memproduksi. Kami kan sudah dapat pengetahuan tentang cara mempromosikan dan menjualnya,'' sambung peserta lainnya.rls

Editor:hasan b
Sumber:rilis
Kategori:Ekonomi, Riau, Pendidikan, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/