Wabah Corona, Berdampak ke Ekonomi dan Hutang Indonesia Kian Membengkak
Penulis: Muslikhin Effendy
Demikian diungkapkan Wakil Ketua Badan Sosialisasi MPR RI, Syaifullah Tamliha saat menjadi narasumber diskusi Empat Pilar bertema "Penerapan Pilar Kebangsaan dalam Situasi Krisis Corona" di Media Center Gedung Nusantara III di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (6/3/2020).
Ia mengasumsikan, penurunan ekonomi di China, juga akan berakibat kepada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Menurut yang saya cermati, pertumbuhan ekonomi China itu turun 2 persen, berarti pertumbuhan ekonomi Indonesia turun 0,6 persen. Saya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kurang dari 5 persen," kata politisi PPP itu.
Bahkan dampak ekonominya, menurut Syaifullah, beban hutang Indonesia akan membengkak jika nilai dolar tukar terhadap rupiah terus melambung sampai Rp15 ribu per dolar.
"Dengan beban hutang Indonesia lebih dari Rp5.000 triliun dan itu berdampak luar biasa jika dolar menyentuh Rp15.000. Ini kita sudah memasuki krisis ekonomi," kata Tamliha.
Jika Amerika ingin menghabisi negara-negara berkembang, kata dia, Amerika cukup menaikkan suku bunga bank centralnya. Itu pasti berdampak besar bagi Indonesia.
"Jadi Indonesia tertolong dengan penurunan suku bunga bank central Amerika itu. Kalau tidak, maka harga saham akan anjlok dan dolar akan tinggi nilainya," tukasnya.
Karena itu, perlu diantisipasi sekarang oleh para tokoh bangsa, terutama pimpinan MPR dengan partai-partai politik bagaimana menghadapi sedini mungkin agar wabah virus corona itu tidak berdampak terhadap ekonomi Indonesia, demikian disampaikan Tamliha.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI, Jazilul Fawaid menilai, penyebaran virus Corona belum menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan di Indonesia. Dampak ekonomi dari virus Corona, justru lebih penting untuk ditangani.
"Yang mengkhawatirkan justru dari sisi ekonomi dampaknya. Karena pasar China lesu, banyak orang spekulan juga yang memanfaatkan itu. Mungkin rumah sakit-rumah sakit dan alat-alat kesehatan juga akan terjadi pelonjakan kenaikan," kata Jazilul Fawaid.
Indonesia itu, kata Jazilul, "bisa menghalau virus Corona tetapi belum tentu Indonesia bisa menghalau dampak dari semua negara yang ada,".
Faktanya, lanjut Jazilul, Indonesia tidak bisa segera menyelesaikan agar orang Islam bisa kembali menjalankan ibadah Umroh ke Saudi Arabia. "Indonesia juga belum tentu bisa menguatkan nilai tukar rupiah, belum tentu juga akan kuat terus, termasuk juga indeks saham gabungan,".
"Itu menurut saya yang justru mengkhawatirkan," ujar Jazilul yang juga sempat menyebut data penurunan ekonomi terkini di kisaran angka 1 koma sekian digit.
Kesiapan dalam menghadapi dampak ekonomi ini, perlu menjadi langkah bersama semua pihak yang diikat perasaan sebangsa melalui Pancasila maupun 4 Pilar MPR RI. Kuncinya, jangan sampai dampak ekonomi berujung pada krisis yang lebih besar.
"Ada pengamat yang bilang 6 bulan lagi pemerintahan ini jatuh. Itu menurut saya pernyataan panik, jangan-jangan yang mendengar juga panik. Itu menurut saya menambah krisis. Kita kurangi pernyataan yang membuat kita pesimis dan menjadi krisis," pungkasnya.***
Kategori | : | GoNews Group, Umum, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta |