Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
15 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
2
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
16 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
15 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
17 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
15 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Olahraga
15 jam yang lalu
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Home  /  Berita  /  DPR RI

Nilai Tepat Kemenristek Digabung dengan Kemendikbud, Ini Alasan Prof Zainuddin Maliki

Nilai Tepat Kemenristek Digabung dengan Kemendikbud, Ini Alasan Prof Zainuddin Maliki
Anggota Komisi X DPR RI, Prof Zainuddin Maliki .
Rabu, 14 April 2021 20:58 WIB
Penulis: Azhari Nasution

JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI, Prof Zainuddin Maliki menilai tepat keputusan menggabungkan Kementerian Riset dan Teknologi dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pasalnya, Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki tradisi riset kuat berada di perguruan tinggi.

"Cukup tepat Kemenristek dilebur di Kemendikbud. SDM yang memiliki tradisi riset itu ad di perguruan tinggi. Begitu juga dengan berbagai instrumen riset dan pengembangan teknologinya," kata Zainuddin Maliki di Jakarta, Rabu (14/4/2021).

Selama riset dan teknologi dipisahkan dari Kemendikbud, kata Zainuddin Mailiki, banyak persoalan dan masalah mendesak yang dihadapi oleh bangsa ini yang tidak mendapatkan sentuhan riset sebagaimana mestinya.

Sebagai contoh, dia menyebutkan masalah covid-19 yang mematikan dan membuat berbagai aspek kehidupan bangsa ini mengalami stagnasi. Akibatnya, vaksin harus impor dari negara lain yang menyerap devisa negara yang tidak kecil.

"Lemahnya riset khususnya di bidang sains dan teknologi medik menyebabkan kita harus mengeluarkan devisa negara yang tidak kecil untuk mendapatkan vaksin. Padahal, dengan adanya riset dipastikan akan bisa memproduksi vaksin sendiri," tegasnya.

Lebih jauh anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN menjelaskan tentang riset tsunami Aceh yang dilakukan Southampton University di Inggris. Saat itu, dia mengaku melihat langsung foto-foto hasil riset tentang karakteristik tanah di bawah laut pasca tsunami di Aceh yang disuguhkan di kampus tersebut.

"Saya sempat dibuat inferior karena Perguruan Tinggi kita sendiri belum satupun waktu itu yang melakukan hal serupa," akunya.

Menyadari pentingnya hal tersebut, Zainuddin juga mengungkapkan bahwa kebijakan itu pernah dilakukan Jederal (Purn), Syamsul Ma'arif saat menjabat sebagai Ketua Badan Nasitonal Penanggulangan Bencana (BNPB. Saat itu, Syamsul Ma'arif memberikan fasilitas riset terkait tsunami Aceh kepada sejumlah perguruan tinggi.

Oleh karena itu, katanya, dikembalikannya riset dan teknologi ke Kemendikbud diharapkan bisa membangkitkan kembali aktivitas riset dan pengembangan teknologi. "Hanya saja berhasil ata tidak riset itu sangat tergantung kepada faktor kepemimpinan. Makanya, Kemendikbud harus dipimpin figur yang memiliki tradisi, pengalaman dan wawasan kuat di bidang pengembangan ristek," tandasnya. ***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/