IOC Bentuk Boxing Task Force Antisipasi Kecurangan
Penulis: Azhari Nasution
Boxing Task Force pimpinan Morinari Watanabe asal Jepang yang juga member IOC ini bertugas mengantisipasi terjadinya kecurangan dalam upaya penegakan fairness dalam setiap pertandingan tinju internasional yang menjadi kalender kegiatan AIBA termasuk babak kualifikasi dan Olimpiade Tokyo 2021.
"IOC membentuk Boxing Task Force itu bertugas untuk menghapus kecurangan yang terjadi pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Dan, IOC juga memberikan sanksi kepada AIBA dan tidak memperkenankan seluruh wasit/hakim yang terlibat di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 untuk bertugas di Olimpiade Tokyo 2021," kata Muhammad Arisa Putra Pohan yang dihubungi Gonews.co Group melalui telepon selular di Paris, Perancis, Senin (7/6/2021).
"Saat ini, pelaksanaan Kejuaraan Tinju babak kualifikasi Olimpiade zona Eropa yang berlangsung di Le Grand Dome stadium Paris, Perancis, 4-9 Juni 2021 juga di bawah kendali Boxing Task Force," tambahnya.
Selain itu, kata Muhammad Arisa Putra Pohan yang akrab dipanggil Boy Pohan, penyandang bintang tiga AIBA ini, IOC juga tidak memperkenankan atribut AIBA digunakan dalam berbagai event internasional termasuk babak kualifikasi Olimpiade. "Wasit/hakim yang bertugas di Paris ini tanpa atribut AIBA," tegasnya.
Lantas bagaimana Boxing Task Force mengantisipasi terjadinya kecurangan dalam pertandingan tinju? Boy Pohan yang menjadi satu-satunya wasit Indonesia yang bertugas di babak kualifikasi Olimpiade menjawab, "Seluruh wasit/hakim yang bertugas di Paris wajib menandatangani fakta integritas untuk menjalankan tugas secara fair."
Menurut Boy Pohan, fakta interrigas yang ditandatangani tersebut di antaranya wasit/hakim tidak diperkenankan meng-upload foto-foto selama babak kualifikasi Olimpiade melalui media sosialnya (facebook, twitter dan instagram) dan tidak diperkenankan membawa telepon selular saat berada di tempat pertandingan.
"Fakta integritas ini dibuat agar tidak ada pihak-pihak lain yang mencoba menghubungi wasit/hakim yang bertugas. Mereka yang melakukan pelanggaran sanksinya dikembalikan ke tempat penginapan," tandasnya.
Lebih jauh Boy Pohan mengungkapkan, Bixing Task Force juga menerapkan aturan tidak memperkenankan pelatih berteriak memberikan dukungan terhadap petinjunya di babak kualifikasi zona Eropa. "Sudah ada satu pelatih yang menjadi korban karena tidak mengindahkan tiga kali peringatan untuk tidak berteriak. tapi saya lupa dari negara mana," ungkapnya. ***
Kategori | : | DKI Jakarta, Olahraga |