Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
16 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
2
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
15 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
3
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
14 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
4
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
Umum
12 jam yang lalu
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
5
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
Olahraga
10 jam yang lalu
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
6
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Umum
12 jam yang lalu
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Home  /  Berita  /  Kesehatan

Benarkah Turki Pesan 5,2 Juta Vaksin Nusantara Gagasan Terawan?

Benarkah Turki Pesan 5,2 Juta Vaksin Nusantara Gagasan Terawan?
dr Terawan saat memeparkan hasil vaksin racikannya ke DPR. (Foto: Istimewa)
Senin, 23 Agustus 2021 23:00 WIB

JAKARTA - Vaksin Nusantara buatan asal Indonesia rencananya akan di pesan negara Turki sebanyak 5,2 juta dosis. Vaksin Nusantara yang digagas dr Terawan Agus Putranto tuai pujian, dari ahli dan Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair Prof drh Chairul Anwar Nidom.

Ini diungkapkannya pada pada kanal YouTube Siti Fadilah Supari bertema Siti Fadilah & Nidom: Vaksin Nusantara, Harapan Yang Tertunda. Dalam perbincangan antara Siti Fadilah dan Prof Nidom mengatakan, bahwa Turki sudah memesan Vaksin Nusantara ini. "Saya dengar, katanya Turki sudah memesan sebanyak 5,2 juta dosis," ucapnya.

Prof Nidom memuji gagasan Letjen (purn) Terawan Agus Putranto, yang telah membuat Vaksin Nusantara itu. "Saya terus terang salut dengan Pak Terawan mencetuskan ide itu, bisa membelokkan dendritik sel yang untuk kanker digunakan untuk infeksi. Itu hebat benar," ungkap Nidom.

Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair itu berharap Vaksin Nusantara sebagai solusi tepat, untuk Pandemi Covid-19.

Bahkan Vaksin Nusantara berguna juga untuk penyakit-penyakit lainnya. Pihaknya telah melakukan riset terhadap titer antibodi tenaga kesehatan yang sudah divaksin menggunakan vaksin konvensional. "Ada 3 kelompok. Pertama, kelompok yang punya antibodi dan punya daya protektif atau imunitas. Ini bisa membunuh virus," katanya.

Hasil studi dilakukan terhadap lebih 75 orang heterogen. Ditemukan kelompok kedua yaitu punya antibodi, tapi tidak punya daya protektif dan ini bisa sakit lagi. "Kelompok ketiga lebih cilaka, tidak punya antibodi dan daya protektif meskipun divaksin," ungkapnya.

Prof Nidom berharap pemerintah segera melakukan pendampingan terhadap orang-orang yang sudah divaksin. "Jangan sampai dia (divaksin) sudah percaya diri, ternyata dari faktor (kelompok) kedua dan ketiga. Ini presesntasinya terbesar," ucapnya.

Menurut Nidom vaksin akan sia-sia, bila tidak dikaji terkait titer antibodinya. "Karena ini tidak ada artinya kalau vaksin itu, sudah disuntik tapi tidak dikaji titer antibodi dan protektifitasnya," ujarnya.

Sebelumnya, Organisasi kesehatan dunia atau WHO, telah mengakui Vaksin Nusantara yang digagas dr Terawan Agus Putranto. Namun, Vaksin Nusantara ini masih menunggu ijin resmi Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM).

Diakuinya Vaksin Nusantara, setelah meliris jurnal terkait Vaksin Nusantara di situs resminya, clinicaltrials.gov. Jurnal terkait Vaksin Nusantara berjudul “Preventive Dendritic Cell Vaccine, AV-COVID-19, in Subjects Not Actively Infected With COVID-19”.

Didalamnya, mengulas uji vaksin dari dendritik sel yang ada di Vaksin Nusantara. Tahap 2 uji klinis double-blind untuk pengujian virus Covid-19 yang dibuat menggunakan peralatan vaksinasi PT AIVITA Biomedika Indonesia.

"Spesifik subyek terdiri dari sel-sel dendritik autologus dan limfosit (dci) yang sebelumnya telah dierami dengan sejumlah protein sari-cov-2 (S-protein), terbukti aman di tahap 1 studi yang juga dilakukan di Indonesia," tulis Jurnal tersebut.

Uji tahap 2, keberhasilan uji klinis dinilai melalui respons sel T protein dengan spesifik yang ditingkatkan. Membandingkan hasil sebelum dan setelah vaksinasi. "Keberhasilan dikonfirmasi melalui nilai laboratorium, pengamatan dan laporan pasien," ungkap WHO.

Pada tahap 2, dosis tunggal vaksin Covid-19 disuntikkan pada lengan (kiri atau kanan). Untuk mencegah reaksi pasca penyuntikan sehingga timbul pada nyeri bahu.

Kemudian, penilaian setelah penyuntikan pada 1, 2, dan 4 minggu setelah vaksinasi. Dilaksanakan di laboratorium pada minggu 1 dan 4. Setiap pemeriksaan, area suntikan diamati tentang gejala yang dialami subjek. Pada minggu 0 (dasar sebelum injeksi), 2 dan 4, darah dikeluar. ***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:Peristiwa, Kesehatan, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/