Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kemenangan Penting Persija dari RANS Nusantara
Olahraga
11 jam yang lalu
Kemenangan Penting Persija dari RANS Nusantara
2
Persebaya Ingin Menang dengan Kebanggaan di Laga Terakhir
Olahraga
10 jam yang lalu
Persebaya Ingin Menang dengan Kebanggaan di Laga Terakhir
3
Arema FC Fokus Recovery Hadapi Laga Terakhir
Olahraga
11 jam yang lalu
Arema FC Fokus Recovery Hadapi Laga Terakhir
4
PSIS Semarang Terus Jaga Asa Tembus 4 Besar
Olahraga
11 jam yang lalu
PSIS Semarang Terus Jaga Asa Tembus 4 Besar
5
Beri Kesempatan Pemain Minim Bermain, Marcelo Rospide Fokus Strategi Hadapi Persebaya
Olahraga
10 jam yang lalu
Beri Kesempatan Pemain Minim Bermain, Marcelo Rospide Fokus Strategi Hadapi Persebaya
6
Aditya dan Novendra Melejit, Temur Kuybakarov Terlempar dari Klasemen Sementara
Olahraga
7 jam yang lalu
Aditya dan Novendra Melejit, Temur Kuybakarov Terlempar dari Klasemen Sementara
Home  /  Berita  /  Pemerintahan

MUI Nyatakan Haram, Hasil Studi: Vaksin Pfizer Tingkatkan Risiko Peradangan Jantung

MUI Nyatakan Haram, Hasil Studi: Vaksin Pfizer Tingkatkan Risiko Peradangan Jantung
Ilustrasi Vaksin Pfizer. (Foto: Kompas)
Sabtu, 28 Agustus 2021 16:32 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA – Indonesia menggunakan vaksin produk Pfizer dengan pembelian sebanyak 50 juta dosis. Sementara dari skema multilateral Indonesia akan mendapatkan jata 5 juta dosis Agustus ini. Lantas bagaimana hukum status kehalalan vaksin Pfizer?

Dari sejumlah jenis vaksin tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah melakukan Sertifikasi Halal pada empat produk, yakni Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, dan Pfizer. Untuk Vaksin Sinovac, MUI menetapkan bahwa vaksin itu halal.

"Sedangkan untuk Vaksin AstraZeneca, Sinopharm, dan Pfizer MUI menetapkan bahwa ketiga vaksin ini haram," demikian pernyataan yang merujuk pada hasil konsultasi dengan Tim Salam MUI yang tersedia di situs resmi MUI, Jumat (27/8/2021).

Meski telah difatwakan haram, MUI menyatakan bahwa penggunaan vaksin-vaksin tersebut tetap dibolehkan. Hal itu berdasarkan pada sejumlah alasan, di antaranya karena kondisi yang mendesak untuk mencapai herd immunity (kekebalan kelompok), adanya risiko fatal jika tidak dilakukan vaksinasi, ketersedian vaksin Covid yang halal tidak mencukupi, serta ketidakleluasaan pemerintah untuk mendapatkan dan memilih Vaksin Covid-19.

Sementara dalam sebuah penelitian baru mengungkap efek samping dari vaksin Pfizer. Penelitian yang telah diterbitkan di New England Journal of Medicine yang diterbitkan pada Rabu, 25 Agustus 2021 menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 Pfizer meningkatkan risiko peradangan jantung.

Data dari Clalit Health Services, sebuah HMO besar Israel, di antara 100 ribu pasien yang mendapatkan vaksin itu, satu hingga lima pasien kemungkinan akan mengembangkan miokarditi (peradangan yang terjadi pada miokardium atau otot jantung).

Angka itu jauh lebih tinggi di antara orang yang sudah terinfeksi virus corona, yakno 11 per 100 ribu penyintas COVID-19. Data tersebut muncul beberapa hari setelah vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech menjadi vaksin pertama yang sepenuhnya disetujui di Amerika Serikat untuk orang berusia 16 tahun ke atas, sebuah langkah yang berpotensi membujuk kaum skeptis vaksin untuk mendapatkan suntikan.

Para peneliti membandingkan tingkat efek samping pada 884.828 individu yang divaksinasi dan jumlah yang sama dari orang yang tidak divaksinasi. Secara keseluruhan, 21 orang melaporkan miokarditis pada kelompok yang divaksinasi (kebanyakan pria muda) dibandingkan dengan enam orang di antara yang tidak divaksinasi.

Sebagian besar efek samping pada orang yang divaksinasi ringan, tetapi beberapa, seperti miokarditis, berpotensi serius, kata para peneliti.

Para peneliti juga menganalisis tingkat efek samping pada lebih dari 240 ribu pasien yang terinfeksi. Hasilnya menunjukkan bahwa infeksi COVID-19 itu sendiri merupakan faktor risiko yang sangat kuat untuk miokarditis, dan juga secara substansial meningkatkan risiko efek samping serius lainnya, kata mereka.

"Bagi saya, ini adalah makalah yang sangat bagus, sebagian karena sebenarnya mengambil data dari sistem yang sama, dan mencoba memberikan lebih banyak informasi, tidak hanya tentang potensi risiko vaksinasi, tetapi juga potensi manfaat vaksinasi," kata Dr Grace Lee dari Universitas Stanford, seperti dikutip dari laman Asia One, Jumat, 27 Agustus 2021.

Vaksin Pfizer, bersama dengan vaksin mRNA saingan dari Moderna, berada di bawah pengawasan peraturan di beberapa negara setelah beberapa laporan kasus peradangan jantung.

Kementerian kesehatan Israel mengatakan pada bulan Juni bahwa mereka melihat kemungkinan hubungan antara kasus-kasus seperti itu dengan vaksin Pfizer.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/