Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Runner Up Piala Thomas, Bakri Kesulitan Keluar dari Tekanan
Olahraga
22 jam yang lalu
Indonesia Runner Up Piala Thomas, Bakri Kesulitan Keluar dari Tekanan
2
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
Pemerintahan
4 jam yang lalu
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
3
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
DKI Jakarta
5 jam yang lalu
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
4
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Pemerintahan
4 jam yang lalu
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
5
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Olahraga
2 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
6
Ketua Hima Persis DKI: Tagline Sukses Jakarta untuk Indonesia Inspiratif
Pemerintahan
2 jam yang lalu
Ketua Hima Persis DKI: Tagline Sukses Jakarta untuk Indonesia Inspiratif
Home  /  Berita  /  Pemerintahan

Program RPJMN Tak Efektif, Kembalikan ke Program Pelita dan Repelita

Program RPJMN Tak Efektif, Kembalikan ke Program Pelita dan Repelita
Direktur Political and Public Policy Studies, Jerry Massie. (Foto: Istimewa)
Kamis, 09 September 2021 19:21 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Direktur Political and Public Policy Studies, Jerry Massie menilai, program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) masih kurang efektif. Untuk itu, dirinya menyarankan agar sebaikanya dikembalikan ke program era 'Orde Baru' yakni Pelita (Pembangunan Lima Tahun) dan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun).

"Kita tidak boleh lupa, program ini sejak tahun 1969 berjalan sukses lho. Bayangkan saja, inflasi kita pada tahun 1967 sekitar 600 persen dan turun sampai 10 persen pada 1969-1970," ujarnya kepada GoNews.co, Kamis (09/09/2021) di Jakarta.

Saat itu kata Jerry, grand strategy and grand design digagas Begawan Ekonomi Widjojo Nitisastro dan juga mantan Menteri Keuangan 3 periode Ali Wardhana.

Ada juga tim ekonomi era Soeharto yang berhasil menghantar ekonomi Indonesia menjadi yang terbaik di Asia. Ada nama-nama beken Radius Prawiro, JB Sumarlin sampai Ma'rie Muhammad.

"Memang orang-orang yang duduk di kabinet saat itu, benar-benar orang yang ahli, menguasai bidang dan bahkan menguasai masalah. Bahkan secara empiris mereka adalah orang yang mumpuni. Misalkan ayahanda Prabowo Subianto dua kali masuk kabinet yakni zaman Soekarno dan Soeharto. Beliau pun dibujuk balik Indonesia lantaran sudah berdomisili di luar," tandasnya.

Kemudian ada Menteri Ristek BJ Habibie, dia pun kata Jerry sangat memumpuni hingga ditransfer dari Jerman. "Dia salah satu ilmuwan terkemuka di Jerman kala itu. Sampai Jenderal TNI Purn LB Moerdani harus diboyong dari Korea Selatan. Jadi mereka bekerja tanpa tekanan parpol," tukasnya.

Saat ini kata Dia, tokoh handal yang tersisa hanya Emil Salim. "Saat ini saya lihat banyak public policy yang amburadul khususnya soal infrastruktur baik pembangunan jalan, jembatan dan gedung. Saya coba bandingkan jalan tol Jagorawi dan Cikampek yang dibangun di era Soeharto itu sangat bagus dan bertahan lama. Dan ini dibangun melalui konsep Repelita dan Pelita lho," tegasnya.

Ada pula mid term and long term (jangka menengah dan jangka panjang) yang sebetulnya bisa diadopsi kebijakan di era Presiden Soekarno dan Soeharto sampai SBY.

Pasalnya, ada beberapa program di era itu yang baik tapi saat ini tak berlaku lagi. "Dibandingkan dengan saat ini, barangkali beda menteri di era orde lama dan orde baru. Zaman itu menteri belum terlau sibuk dengan partai atau non partisan. Hampir rata-rata menteri dari kalangan akademisi, praktisi dan profesional," tukasnya.

Jadi yang membandingkan dengan saat ini dengan era sebelumnya kata Jerry, adalah urusan politis. "Saat ini kan Political interest yang lebih kuat. Nah, kurangnya kelompok moderat, konservatif dan bipartisan kalau diparlemen. Bahkan urusan kabinet saat ini di take over oleh parpol, jadi disanalah kendalanya," tukasnya.

Bahkan kata Dia, saat ini banyak kebijakan yang muncul dengan ide sesaat tanpa perancangan matang. Inilah yang menurutnya merusak sistem pemerintahan. "Belum lagi menteri yang diangkat Presiden Jokowi, wrong man atau menteri yang sama sekali tak menguasai bidang.nAnekdot dan alegorinnya, misalnya pakar pertanian di angkat jadi pendidikan misalnya kan repot," tandasnya.

Hebatnya, kata Jerry, untuk urusan economic growth atau pertumbuhan ekonomi di era Soeharto dipegang langsung Bappenas. Sedangkan saat ini tidak jelas siapa yang bertanggung-jawab apakah Menteri Keuangan, BPS, Menko Ekonomi atau siapa.

"Zaman orde baru dipegang oleh Bappenas. Jadi naik dan turunnya ekonomi merekalah yang bertanggung -jawab. Jika kembali ke motede dan rumus Repelita dan Pelita makan akan konsep pembangunan akan terarah. Justru saat ini kekuatan Kementerian PU-PR lebih besar dari Kementerian Bappenas. Bagi saya, program RPJM tapi tak terlalu efektif, jadi wewenang penuh harus diserahkan kembali Bapennas," pungkasnya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/