Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
24 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
2
Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak, Ria Ricis Resmi Jadi Janda
Umum
24 jam yang lalu
Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak, Ria Ricis Resmi Jadi Janda
3
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Umum
23 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
4
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
10 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
5
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
7 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
6
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
9 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Home  /  Berita  /  Peristiwa

'Seribu Lilin' di Sumbar Jadi Wadah Refleksi Tujuh Tahun Jokowi

Seribu Lilin di Sumbar Jadi Wadah Refleksi Tujuh Tahun Jokowi
Di momen hari sumpah pemuda, sejumlah pemuda di Sumatera Barat gelar aksi seribu lilin. Aksi ditujukan sebagai refleksi tujuh tahun pemerintahan Jokowi. (Foto: CNN Indonesia/Sonya Andomo)
Jum'at, 29 Oktober 2021 01:41 WIB

PADANG - Sejumlah anak muda Sumatera Barat (Sumbar) yang tergabung dalam Gerakan Suara Rakyat menggelar aksi menyalakan 1000 lilin di Area Monumen Tugu Gempa, Kota Padang pada Kamis (28/10) malam.

Aksi yang bertajuk Panggung Perlawanan itu memanfaatkan karya seni dalam menyuarakan keluh kesah para peserta. Serangkaian musikalisasi puisi, mimbar bebas, live mural, hingga menyalakan lilin secara bersama-sama mewarnai aktivitas itu. Selain itu juga terdapat lapak baca gratis dan donasi baju dalam bentuk ruang bebas uang yang ikut memberi kesan aksi.

Secara umum, bentuk yang mereka sampaikan yaitu catatan merah untuk tujuh tahun pemerintahan Joko Widodo. Penggagas acara, Doko (21) mengatakan aksi tersebut merupakan panggung perlawanan yang didirikan atas refleksi tujuh tahun kepemimpinan jokowi.

"Di sini kita menyampaikan aspirasi masyarakat Sumbar, apa aja keluh kesahnya dan catatan-catatan merah yang ditorehkan Pak Jokowi dalam tujuh tahun kepemimpinannya," kata Doko, Kamis (28/10).

Selanjutnya, Doko menyampaikan banyak komunitas dan lembaga yang ada di Kota Padang, secara kolektif terlibat dalam kegiatan tersebut. "Banyak lembaga, Ormawa juga ada, komunitas pegiat seni, komunitas literasi juga," sebutnya.

Acara tersebut bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Selain nuansa yang tepat, hal itu juga dapat menampung aspirasi siapa pun untuk menyuarakan kritikan terhadap pemerintahan.

Selain itu, Tanggal 28 Oktober juga dinilai Doko bertepatan dengan penetapan Undang-undang Cipta Kerja dan Hari jadi tujuh tahunnya Pemerintahan Jokowi.

Terdapat beberapa permasalahan yang disuarakan, salah satunya adalah suburnya korupsi di seluruh Indonesia, dan indeks demokrasi Indonesia yang merosot tajam. "Selain itu, juga ada tingginya kasus pelecehan seksual di Indonesia, tindakan aparat yang represif kepada masyarakat, komersialisasi pendidikan, dan penuntasan pelanggaran ham yang belum selesai juga," jelas Doko.

Singkatnya, Doko mengatakan gerakan suara rakyat akan menjadi oposisi yang tetap bagi pemerintahan Jokowi hingga kepemimpinannya lengser.

Bentuk aksi panggung perlawanan itu, kata Doko merupakan wujud aksi massa yang berubah bentuk, terutama bentuk di tengah pandemi seperti saat ini. "Kalau menghadirkan aksi massa, apa output yang akan didapatkan ketika aksi massa, lebih baik merefleksi apa yang sudah terjadi dan apa saja yang catatan untuk Jokowi," lanjut dia.

Panggung perlawanan yang pertama setelah pandemi itu memiliki tujuan agar suara mereka dapat didengar, sehingga semua tuntutan dapat segera diselesaikan.

"Dengan adanya panggung hari ini pemerintah bisa dinotice, pemerintah sadar dengan kejadian yang ada, saya pikir perundang undangan atau produk hukum yang dikeluarkan pro rakyat ke depannya.Jadi memang pemerintah lebih condong pada rakyat," kata Doko.

Kemudian, aksi 1000 lilin memiliki makna redupnya demokrasi di Indonesia, sehingga seluruh peserta aksi menyalakan lilin secara bersama-sama sambil menyatakan sikap. "itu kayak momentum yang ingin kita lakukan atas redupnya demokrasi Indonesia saat ini. Kita menghidupkan seribu lilin secara sama sama menyatakan sikap," lanjut Doko.

Hal serupa juga disampaikan oleh Ketua Pemuda Lintas Agama (Pelita) Padang, Angelique Maria Cuaca yang mengatakan gerakan itu merupakan bentuk gerakan simpatik anak muda, bahwa aksi itu bisa dilakukan oleh banyak cara, salah satunya melalui kegiatan seperti ini. "Mereka menyuarakan apa yang menjadi suara rakyat, menyuarakan apa yang selama ini tidak didengarkan, menariknya, melibatkan banyak teman teman muda yang kreatif, punya banyak karya," kata Like yang ditemui di aksi tersebut.***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:Peristiwa, Politik, Sumatera Barat
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/