Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
Olahraga
15 jam yang lalu
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
2
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
Olahraga
15 jam yang lalu
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
3
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
Olahraga
15 jam yang lalu
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
4
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
Olahraga
14 jam yang lalu
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
5
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
Olahraga
12 jam yang lalu
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
6
Ezra Walian Bertekad Sudahi Puasa Juara Persib Bandung
Olahraga
16 jam yang lalu
Ezra Walian Bertekad Sudahi Puasa Juara Persib Bandung
Home  /  Berita  /  Politik

Kedepankan Pendekatan Adat dan Budaya Secara Intensif dalam Pembangunan Ibu Kota Baru

Kedepankan Pendekatan Adat dan Budaya Secara Intensif dalam Pembangunan Ibu Kota Baru
Kunjungan Pimpinan MPR ke lokasi proyek IKN. (Foto: Istimewa)
Kamis, 27 Januari 2022 19:19 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Pendekatan budaya harus dikedepankan dalam pembangunan ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur, agar manfaat pembangunan itu dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Permasalahan yang timbul berkaitan dengan adat dan budaya mudah diledakkan dengan berbagai alasan.

"Saya khawatir sekarang ini diam-diam. Jangan-jangan ada api dalam sekam. Apalagi menjelang 2024 isu-isu politik akan mengemuka dan rawan 'digoreng'. Oleh karena itu, perlu pendekatan dari sisi budaya yang lebih intens dalam pengembangan ibu kota baru di Kalimantan Timur ini," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat mengunjungi lokasi pembangunan ibu kota baru negara bersama sejumlah pimpinan MPR RI di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (27/1/2022).

Ia mengakui pemerintah sudah berupaya membangun komunikasi dengan masyarakat setempat dalam proses pembangunan ibu kota baru. Namun, Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu menilai upaya tersebut belum cukup dan masih harus ditingkatkan. Dengan demikian, ia meminta kepada pemerintah untuk memperhatikan aspek-aspek adat dan budaya dengan baik.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, sebagian komunitas masyarakat setempat mengetahui ada rencana pembangunan ibu kota baru negara di wilayah mereka. Sedangkan sebagian lainnya tidak tahu.

Sebagian komunitas masyarakat yang tahu, belum memahami konsekuensi yang akan muncul dalam proses pembangunan tersebut. Antara lain terkait masalah sosial, budaya, kepastian hukum, dan lingkungan hidup.

Di sejumlah kawasan yang dibangun menjadi ibu kota baru, lanjut Wakil Ketua MPR RI koordinator bidang Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah itu, merupakan wilayah tempat tinggal sejumlah etnis di Kalimantan Timur.

Di Kabupaten Penajam Paser Utara misalnya, terdapat komunitas dari etnis Paser serta beberapa komunitas dari sub etnis Dayak Kenyah dan Dayak Modang. Di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat komunitas- komunitas dari etnis Kutai, Dayak Modang, Benuaq, Tunjung, Kenyah, Punan, dan Basab.

Dengan beragamnya etnis yang bersentuhan dengan wilayah pembangunan dan pengembangan ibu kota baru, Rerie mendesak pemerintah agar lebih mengintensifkan pendekatan-pendekatan adat dan budaya agar pembangunan ibu kota baru negara di Kalimantan Timur memberi kemaslahatan bagi seluruh anak bangsa.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/