Banyak Yang Alami Sakit hingga Meninggal Dunia, Politikus Gerindra Usul Vaksinasi Anak Ditunda
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Anggota Dewan Pakar Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono, mendesak Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan untuk menunda pemberian vaksin Covid-19 terhadap anak usia 6-11 tahun lantaran mencuatnya informasi sejumlah anak di Indonesia mengalami sakit serius bahkan diduga meninggal dunia usai di vaksin.
Bambang menilai, fenomena ini harus menjadi kosentrasi utama Kementerian Kesehatan bersama Litbang Kesehatan untuk turun melakukan investigasi sekaligus analisis mendalam mengenai vaksin yang diberikan kepada anak tersebut apakah ada satu kesalahan, misalnya expired, kelebihan dosis, atau salah memilih jenis vaksin dan sebagainya.
"Melansir WHO dan seluruh Negara di Eropa misalnya Jerman, Amerika, Jepang bahkan Kanada, Singapura mereka merekomendasi menggunakan vaksin jenis Pfizer dengan dosis sepertiga dari dosis dewasa yang sudah ditetapkan oleh WHO," kata Bambang, Kamis (27/1/2022).
Sebelumnya diberitakan, seorang anak perempuan berusia tujuh tahun di Kabupaten Garut dilaporkan meninggal dunia sepekan setelah menjalani vaksinasi Covid-19. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut masih menyelidiki penyebab meninggalnya anak tersebut.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, mengatakan berdasarkan laporan yang diterimanya anak itu menjalani vaksinasi di sekolahnya pada Sabtu (15/1/2022). Beberapa hari kemudian, tepatnya pada Rabu (19/1/2022), anak itu mengalami gejala muntah-muntah dan dibawa ke Puskesmas Wanaraja. "Masuk puskesmas tanggal 19 (Januari) karena muntah-muntah. Agak jauh jaraknya dari vaksinasi," kata dia. Ahad (23/1/2022).
Oleh tenaga kesehatan, kondisi anak itu terus diobservasi selama di puskesmas. Menurut Leli, pada Kamis (20/1/2022) kondisi anak itu membaik dan keluhannya berkurang. Namun, pada Jumat (21/1/2022) pagi saat diperiksa dokter, anak tersebut kembali mengalami muntah-muntah disertai sakit kepala. Tenaga kesehatan kemudian melakukan pemeriksaan laboratorium. "Sorenya kondisi anak nge-drop. Pukul 17.35 WIB pasien dinyatakan meninggal dunia," kata dia.
Leli mengaku belum bisa memastikan penyebab meninggalnya anak itu. Menurut dia, Kelompok Kerja (Pokja) Kejadian Ikutan Pasca-Imuninasi (KIPI) Kabupaten Garut masih melakukan penelusuran terkait penyebab pasti anak itu meninggal dunia. "Jadi kami belum bisa memberikan keterangan ini dari mana penyebabnya. Belum tentu karena vaksin," ujar dia.
Leli menambahkan, pada saat melakukan vaksinasi, kondisi anak dilaporkan sehat. Anak juga dinyatakan lolos saat menjalani skrining oleh tim dokter. "Namun kami belum tahu apakah dia ditemani orang tua saat vaksinasi. Memang ketentuannya kalau vaksinasi (anak) harus ditemani orang tua, tapi untuk kasus ini saya juga belum menanyakan apakah didampingi orang tua atau tidak," jelas dia.***
Kategori | : | Peristiwa, Pemerintahan, Politik, Kesehatan, DKI Jakarta |