Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
Pemerintahan
20 jam yang lalu
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
2
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Olahraga
18 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
3
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Olahraga
17 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
4
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
DKI Jakarta
20 jam yang lalu
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
5
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
Umum
17 jam yang lalu
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
6
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Pemerintahan
20 jam yang lalu
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Home  /  Berita  /  DPR RI

Kata Politisi Muda Demokrat soal Invasi Rusia ke Ukraina

Kata Politisi Muda Demokrat soal Invasi Rusia ke Ukraina
Anggota Komisi Luar Negeri Fraksi Demokrat DPR RI Rizki Aulia Rahman Natakusumah dalam suatu kesempatan rapat di Senayan. (foto: dok. ist.)
Sabtu, 26 Februari 2022 16:01 WIB
JAKARTA - Anggota Komisi I fraksi Demokrat DPR RI Rizki Aulia Rahman Natakusumah mengatakan, pemerintah Indonesia harus mendorong pesan-pesan kemanusiaan agar ketegangan Rusia-Ukraina bisa disudahi. Demikian Ia sampaikan tertulis kepada wartawan, Sabtu (26/2/2022).

"Yang menjadi korban perang banyak dari kalangan sipil, ini juga terjadi di saat pandemi di mana kita tengah dalam upaya pemulihan ekonomi. Seharusnya kita secara aktif mengarahkan semua pihak pada jalan damai," kata Rizki sebagaimana dikutip GoNEWS.co di Jakarta.

GoNews Ilustrasi perang Rusia-Ukraina
Ilustrasi perang Rusia-Ukraina. (gambar: ist.)

Politisi muda partai Demokrat ini berpandangan, tidak ada momentum benefit bagi Indonesia dari ketegangan Rusia-Ukraina. "Baik ekonomi maupun geopolitik."

"Bila ada satu tujuan utama yang kita harapkan justru adalah mendorong adanya perdamaian sesegera mungkin sesuai dengan amanat konstitusi kita," kata Rizki.

GoNews Ilustrasi Ukraina. (gambar: is
Ilustrasi Ukraina. (gambar: ist.)

Masalahnya, sambung Rizki, mendorong diplomasi global melalui PBB bisa jadi akan sangat tidak efektif karena sidang Majelis Umum PBB baru akan digelar September mendatang.

Toh, "Pertemuan Dewan Keamanan PBB kemarin juga keputusannya diveto oleh Rusia sendiri," ujarnya.

Ukraina Bisa Saja Tak Alami Invasi

Sebenarnya, kata Rizki, invasi Rusia ke Ukraina merupakan serial panjang sisa-sisa warisan Perang Dingin yang ternyata belum usai dari 30 tahun yang lalu. Rusia menginginkan Barat/NATO tidak melakukan perluasan keanggotaan, tetapi Rusia tidak mendapatkan kepastian itu dari NATO yang membuka kesempatan negara-negara Eropa Timur bergabung dengannya. Oleh sebab itu Rusia sendiri sebetulnya hidup di tengah ketidakamanan.

"Puncaknya hari ini kita menyaksikan invasi skala penuh Rusia ke Ukraina yang didahului oleh keinginan Ukraina bergabung dengan NATO. Agar relatif lebih stabil, kondisi paling ideal bagi Ukraina sebetulnya harus menjadi negara netral yang tidak memihak ke NATO maupun Rusia. Ukraina harus jadi penyangga dua kekuatan besar. Bila kondisi ini tidak terpenuhi, konsekuensinya seperti yang terjadi sekarang," terang Rizki.

Potensi Dampak terhadap Indonesia

Sekarang, invasi sudah terjadi. Menurut Rizki, Indonesia harus benar-benar menyiapkan langkah antisipatif karena spillover dari konflik ini pasti akan mempengaruhi harga Migas dunia. Diketahui, permintaan migas yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga migas dan mendorong inflasi.

"Secara domestik, kita menyoroti dan mengharapkan pemerintah untuk bisa menjaga stabilitas harga minyak dan listrik tetap stabil dan tidak membebani APBN," kata Rizki mengurai analisa sektor ekonomi.

Yang paling dikhawatirkan, sambung Rizki, adalah perubahan geopolitik dunia yang bisa berdampak buruk bagi keamanan Indonesia. "Meski konflik terjadi sangat jauh, sekitar sepuluh ribu kilometer dari Indonesia, kita sangat memahami bahwa ini baru permulaan."

"Arah geopolitik dunia dapat mengarah pada titik yang kita tidak benar-benar harapkan. Kita melihat bahwa Dewan Keamanan PBB tidak bisa mencegah invasi, sanksi ekonomi negara-negara besar juga nampaknya tidak efektif karena Presiden Putin nampaknya sudah mengantisipasi hal itu," kata Rizki.

Hal yang juga perlu dipikirkan adalah 'bagaimana bila invasi berhasil?'. Ketika invasi berhasil, kata Rizki, mentalitas perang yang sejak sekian lama masyarakat internasional dorong untuk ditinggalkan, perlahan akan kembali mendapatkan pembenaran lagi.

"Lalu, bagaimana dengan kawasan kita? Apakah akan jadi pengecualian? Saya kira belum tentu. Invasi Rusia ke Ukraina yang berhasil akan memberi inspirasi pada negara-negara ekspansionis untuk melakukan hal serupa," ujarnya.

Oleh sebab itu, pungkas Rizki, Indonesia perlu benar-benar menyiapkan diri untuk menghadapi kondisi terburuk.

"Kita harus kuat. Kesiapan prajurit dan modernisasi alutsista benar-benar harus konsisten dibangun. Sebab, salah satu pembelajaran dari invasi Rusia adalah karena kekuatan militernya relatif jauh lebih kuat dari Ukraina dan di sisi lain Ukraina tidak memiliki faktor penggetar," demikian Rizki.***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:Nasional, Internasional, DPR RI, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/