Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Borneo FC Kecewa Gagal Ke Final, Akui Permainan Tak Sesuai Harapan
Olahraga
10 jam yang lalu
Borneo FC Kecewa Gagal Ke Final, Akui Permainan Tak Sesuai Harapan
2
Tak Ada Insiden Saat Madura United FC Kembali Ke Hotel
Olahraga
11 jam yang lalu
Tak Ada Insiden Saat Madura United FC Kembali Ke Hotel
3
Dua Klub Pastikan Lolos Ke Babak Final Championship Series BRI Liga 1 2023/24
Olahraga
11 jam yang lalu
Dua Klub Pastikan Lolos Ke Babak Final Championship Series BRI Liga 1 2023/24
4
Sebagai PSN Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Harus Didukung
Pemerintahan
10 jam yang lalu
Sebagai PSN Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Harus Didukung
5
Jakpro Helat TIM Art Festival Mulai 30 Mei 2024
Umum
10 jam yang lalu
Jakpro Helat TIM Art Festival Mulai 30 Mei 2024
6
Arema FC Evaluasi Pemain Asing Dan Pulangkan Pemain Muda
Olahraga
10 jam yang lalu
Arema FC Evaluasi Pemain Asing Dan Pulangkan Pemain Muda
Home  /  Berita  /  Peristiwa

Harusnya Jokowi Tinggalkan Legacy yang Baik, Bukan Malah Naikkan BBM

Harusnya Jokowi Tinggalkan Legacy yang Baik, Bukan Malah Naikkan BBM
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI, Mulyanto. (Foto: Istimewa)
Minggu, 21 Agustus 2022 12:34 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi merupakan kebijakan yang berpotensi menyengsarakan rakyat. Alih-alih membuat rakyat susah, Presiden Joko Widodo seharusnya meninggalkan legacy yang baik jelang berakhirnya masa jabatan kepala negara di 2024.

Demikian hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI, Mulyanto kepada GoNews.co melalui pesan Whatsapp, Minggu (21/8/2022).

"Kebijakan yang memihak rakyat tentu lebih penting dibandingkan dengan opsi pembangunan lainnya di tahun politik dan akhir masa jabatan Presiden, agar pemerintahan Jokowi husnul khotimah," kata Mulyanto.

Mulyanto menilai, keputusan pemerintah menaikan BBM bukan pada waktu yang tepat. Sebab, itu justru hanya akan membuat masyarakat makin menderita setelah dua tahun lebih terdampak Covid-19.

Anggota Komisi VII DPR ini lantas mengurai inflasi tahunan saat ini sudah mencapai 3,94 persen, tertinggi sejak Oktober 2015.

Oleh karenanya, kenaikan BBM bersubsidi dikhawatirkan akan membuat inflasi melejit ke angka 7 atau 8 persen. Sebab kenaikan harga BBM bersubsidi akan mendorong secara berantai kenaikan harga barang dan jasa lainnya secara luas. "Ini tentu akan mencekik kehidupan rakyat dan menambah angka kemiskinan," tegasnya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/