Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
Olahraga
9 jam yang lalu
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
2
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
Umum
7 jam yang lalu
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
3
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
Olahraga
8 jam yang lalu
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
4
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
7 jam yang lalu
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
5
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Olahraga
7 jam yang lalu
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Home  /  Berita  /  Politik

Nasabah Pinjol Bunuh Diri, Sultan Minta OJK Masifkan Sosialisasi Literasi Keuangan

Nasabah Pinjol Bunuh Diri, Sultan Minta OJK Masifkan Sosialisasi Literasi Keuangan
Wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin. (kanan).
Minggu, 11 September 2022 15:41 WIB

JAKARTA - Tingginya minat masyarakat terhadap tawaran pinjaman online atau Pinjol ilegal kembali menimbulkan korban yang mengalami ancaman dan tekanan jiwa dan berujung bunuh diri.

Fenomena Pinjol di satu menjadi solusi keuangan yang sangat digandrungi masyarakat, namun mekanisme penagihan yang tidak manusiawi sering kali menjadi ancaman secara psiko-sosial.

Adalah GRD (30) pria yang berprofesi sebagai perawat di Surabaya nekat mengakhiri hidupnya lantaran terjerat pinjol. Ia juga mendapat teror karena tak bisa membayar cicilan pinjolnya.

Menanggapi hal tersebut, Wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin mengaku sangat prihatin dengan pilihan masyarakat yang tidak berhati-hati dalam memutuskan untuk mengajukan pinjaman kepada lembaga keuangan berbasis digital.

Problemnya menurut dia, ada pada rendahnya literasi keuangan masyarakat. "Perkembangan teknologi dan informasi hampir selalu menimbulkan motif kejahatan sosial Ekonomi, terutama yang berkaitan dengan data pribadi dan keuangan. Masyarakat harus dibekali dengan Literasi keuangan yang memadai", ungkap Sultan melalui keterangan resminya pada Minggu (11/09/2022).

Mantan wakil Gubernur Bengkulu itupun mengungkapkan bahwa berdasarkan survei OJK, indeks literasi keuangan kita masih hanya 38,03 persen, sedangkan indeks inklusi keuangan nasional sebesar 76,19 persen. Artinya terdapat gap yang sangat beresiko bagi masyarakat Indonesia yang cenderung ceroboh dalam mengambil keputusan keuangan.

"Kami mendorong Pemerintah melalui OJK untuk memasifkan sosialisasi terkait potensi dan motif kejahatan keuangan di era digital demi meningkatkan kualitas literasi keuangan masyarakat. Dampak rendahnya kualitas literasi keuangan bahkan memakan korban masyarakat yang tergolong berpendidikan di banyak daerah," pungkasnya.***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:Peristiwa, Hukum, Politik, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/