Soal Pencabulan di Batang, Ganjar Ngaku Terima Tekanan
Penuturan Ganjar dimulai dari atensi pemerintah Provinsi Jateng terhadap korban kekerasan terhadap anak dan perempuan. "Kalau masuk ke saya pasti langsung saya cek ke dinas saya. Dan pasti kami gerakannya langsung berjalan dan kami tidak pernah publish karena biasanya soal asusila. Kecuali crime yang terjadi seperti di Batang. Itu kami publish," tuturnya sebagaimana dikutip GoNEWS.co, Jumat (14/4/2023) malam.
"Dan ketika kami mem-publish apakah saya tidak dapat tekanan? Ada. Karena mereka yang seprofesi itu mengatakan, 'Pak udah dong Pak! Jangan digitukan (di-publish) dong! Itu menyakiti.'" tutur Ganjar menirukan tekanan yang Ia maksud.
Terkait hal ini, sambung Ganjar, dirinya sudah meminta dukungan Majelis Ulama dan Kemenag (Kementerian Agama) untuk melakukan evaluasi terhadap pondok pesantren yang viral karena kasus dugaan pencabulan santriwati di Batang itu.
"Masih layak atau tidak. Kalau nggak layak, kita tutup. Kalau kita tidak tegas seperti itu, ngeri," tandas Ganjar.
Lebih jauh, kata Ganjar, pihaknya juga sudah menerima masukan dari pemerhati dan psikolog anak, Seto Mulyadi.
"Kak Seto telepon saya (dan mengatakan, red), 'Pak Gub mesti dievaluasi itu. Apakah itu masuk kabupaten atau kota layak anak? Kalau perlu dicabut.' Oke juga menurut saya," kata Ganjar.
Seperti diberitakan, sebanyak 15 orang santriwati salah satu pondok pesantren di Batang diduga menjadi korban pencabulan. Polisi telah telah menetapkan WM (58) yang tak lain adalah guru ngaji para korban sebagai tersangka. Dalam jumpa pers pada 11 April 2023, Kapolda Irjen Pol Ahmad Luthfi mengungkapkan, perbuatan WM telah berlangsung sejak tahun 2019 hingga awal 2023. "Modus operandinya santriwati dibangunkan pagi-pagi diajak ke kantin atau TKP lain kemudian pelaku melakukan tindakan asusila."***
Editor | : | Muhammad Dzulfiqar |
Kategori | : | Hukum, Jawa Tengah |