Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Komisi B DPRD DKI Jakarta Soroti Kinerja Tahun 2023 OPD dan BUMD
Pemerintahan
20 jam yang lalu
Komisi B DPRD DKI Jakarta Soroti Kinerja Tahun 2023 OPD dan BUMD
2
Berpeluang Raih Norma Grand Master, Aditya Butuh 1 Poin Kemenangan
Olahraga
9 jam yang lalu
Berpeluang Raih Norma Grand Master, Aditya Butuh 1 Poin Kemenangan
3
Kalah dari Uzbekistan, Timnas U 23 Indonesia Masih Ada Peluang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
6 jam yang lalu
Kalah dari Uzbekistan, Timnas U 23 Indonesia Masih Ada Peluang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  Umum

Seminar FFWI 2023: Cerita Viral Jaminan Box Office?

Seminar FFWI 2023: Cerita Viral Jaminan Box Office?
Wartawan hiburan yang ikut Seminar. (Ist)
Sabtu, 28 Oktober 2023 22:36 WIB
Penulis: Azhari Nasution
JAKARTA - “Kalau ingin viral dan menjadi terkenal, kuncinya  hanya satu, yakni  harus  mau bekerja  dan berkarya dengan konsisten!” begitu ujar Gusti Gina, penulis buku  “Mencari Saranjana” dalam acara Seminar yang diselenggarakan Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) 2023 bertajuk Cerita Viral Jaminan Box Office, di Jakarta, Jumat,  27 Oktober 2023 malam.

Dalam seminar yang dihadiri lebih dari 100 pelajar dari beberapa Sekolah Menengah Kejuruan jurusan Perfilman dan Televisi di Jakarta ini, muncul pula narasumber lain yakni Johansyah Jumberan, sutradara film Saranjana : Kota Ghaib, yang baru rilis pada 26 Oktober 2023 di bioskop seluruh Indonesia.   

Nama Gusti Gina menjadi viral dan dibicarakan di sosial media, setelah ia membuat konten di channel YouTube pribadinya yang bercerita tentang kota gaib Saranjana.  Kota yang diyakini berada di bagian paling bawah Kalimantan Selatan. Saranjana dikenal sebagai kota tak kasat mata. Sebab, kota tersebut tidak tercatat di peta Indonesia. Keberadaannya hanya berdasarkan keyakinan masyarakat setempat. 

Bagi mereka, Saranjana adalah kota gaib, tidak bisa dilihat oleh orang awam. Hanya orang-orang yang memiliki kemampuan mata batin yang bisa melihatnya. Diyakini, meskipun kota gaib, Saranjana merupakan kota yang maju dan modern. 

“Meskipun  saya  menulis cerita horror, saya melakukan riset secara langsung dan melakukan penelusuran sampai ke desa terakhir yang diyakini sebagai gerbang menuju alam Saranjana. Desa itu bernama Desa Oka-Oka, kecamatan Pulau Laut Kelautan, kabupaten Kotabaru,” kata perempuan mungil, kelahiran Pantai Hambawang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel, 28 April 1995 ini.

Tak disangka, konten vlog disukai para follower-nya. "Saat awal bikin, saya merasa sekadar mencoba  bikin  soal Saranjana, apa sih Saranjana? Tiba-tiba setelah upload, viewers jadi naik. Mendadaklah tayang lagi di YouTube sampai berpart-part,” kata Gina di tengah seminar dengan moderator Ady Prawira Riandy, wartawan Kompas.com itu.

Setelah viral dalam format vlog, Saranjana kemudian diangkat menjadi buku oleh Gagas Media. Dan, rejeki Gina mengalir terus dari Saranjana, terbukti, kini ia menambah karier baru, dengan memasuki dunia akting lewat film Saranjana: Kota Ghaib yang disuradari Johansyah Jumberan. Naskah film ini ditulis Johansyah sendiri  bersama Audy Harahap dan Aditya Mulya.

“Sebagai sebuah cerita, Saranjana adalah nama terkenal di Kalimantan. Sejak lama saya ingin membuat filmnya. Dan naskah film ini berbeda dari tulisan Gusti Gina," kata Johansyah yang akrab dipanggil Jo. 

Dalam versi film, Johansyah  menceritakan petualangan sebuah band asal Jakarta bernama 'Signifikan' yang tengah mengadakan tur konser di Kota Baru, Kalimantan Selatan. Anggotanya ada Rendy, Dion, Vey, dan Shita. Tepat di tengah pelaksanaan tur, Shita, sang vokalis band, menghilang secara misterius. 

Dan sebetulnya terlibatnya Gina yang penulis Saranjana lewat threat di X (Twitter) dan Gagas Media terjadi tanpa direncanakan. “Meskipun, sudah terkenal sebagai v-logger, untuk main di film saya, Gina wajib ikut casting!” kata Mas Jo.

Film Saranjana menurut Mas Jo, bergenre science fiction. Namun, bisa disebut juga sebagai film horror, karena ada banyak unsur mistis dan petualangan. Hal-hal mistis diangkat dari cerita rakyat Kalimantan. 

“Kami syuting sepanjang 12 hari, beberapa hari di antaranya ada di lokasi syuting tanpa hotel dan makan seadanya. Ini bagian dari kerja keras karena bertanggung jawab  pada sesuatu yang disebut viral!”

Menurut Jo, sebuah cerita menjadi viral harus siap menanggung beban  berat.  Ini dibuktikannnya ketika memfilmkan Saranjana. “Viral itu punya dua sisi seperti mata pisau. Bisa berarti positif, bisa pula negatif. Sebab, saking tenarnya sebuah cerita, penonton menginginkan sesuatu yang  malah sering tak terbayangkan oleh sineas,” kata Mas Jo

Dan Jo menyebut, biasanya karena terlanjur terkenal, netizen dengan mudahnya melempar kritik. “Lewat social media, mereka bilang secara langsung, saya tidak pantas untuk menyutradarai film ini, hanya karena saya kurang terkenal!” ucap Jo sungguh-sungguh,

Untuk menghadapi hal ini, menurut Jo harus siap mental. “Viralnya sebuah cerita memang bisa membuat sebuah film  bakal melejit jadi box office, atau justru jadi hujatan netizen!”

Menanggapi kritik semacam itu, “Anggap saja angin lewat. Kita tidak bisa menyenangkan dan memuaskan semua orang!” Siap mental itu kunci lain dari bekerja dan menjadi viral!” tukas Jo.

Satriyo Saputra peserta seminar dari SMKN 45 Jakarta Barat, menyebut diskusi yang digelar FFWI berjalan sangat menarik. “Ternyata, untuk bisa viral dan terkenal, kuncinya bukan hanya konsisten tetapi juga harus tahan banting dan tidak mudah  menyerah. Pernyataan dua narasumber sangat menginspirasi saya,” kata siswa SMK 45 yang bercita-cita jadi sutradara itu. (Yazid N). ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/