Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
11 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
2
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
11 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
3
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
7 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
4
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
7 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
5
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
5 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
6
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Olahraga
5 jam yang lalu
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Home  /  Berita  /  Riau

Pemerintah Perlu Menata Ulang Tata Kelola Gambut yang Baik

Pemerintah Perlu Menata Ulang Tata Kelola Gambut yang Baik
Rabu, 10 Februari 2016 13:17 WIB
JAKARTA - Pemerintah perlu menata ulang rencana tataruang penggunaan lahan gambut agar fungsi gambut sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya dapat berjalan secara berkesinambungan.

Pakar tanah dan gambut IPB Basuki Sumawinata mengatakan usaha budidaya pertanian di lahan gambut sudah memberikan kontribusi ekonomi yang sangat besar bagi perekonomian negara dan perekonomian masyarakat .

''Sangat tidak mungkin kegiatan budidaya di lahan gambut dihentikan. Justru pemanfataannya harus dilanjutkan dan terus diperbaiki dengan menerapkan berbagai teknologi yang telah ada,” kata Basuki.

Indonesia memiliki luasan gambut cukup besar sekitar 15 juta ha. Masyarakat sudah turun temurun memanfaatkan gambut untuk usaha pertanian tradisional di Kalimantan dan Sumatera. Bahkan kini, usaha pertanian di lahan gambut mulai berkembang di sektor usaha perkebunan dan hutan tanaman industri.

''Memang,  tidak semua kegiatan di lahan gambut berhasil. Namun kita harus belajar dari keberhasilan untuk memperbaiki daerah yang tidak berhasil,” kata Basuki.

Menurut Basuki, proses terjadinya kebakaran disebabkan oleh adanya sumber api, bahan yang mudah terbakar, dan lingkungan yang mendungung.

Pernyataan senada dikemukakan Peneliti Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Azwar Maas. Dia mengemukakan, pengelolaan gambut bisa dilakukan dengan teknologi tata kelola air. Hanya saja sistem itu harus menjamin air di bawah gambut harus berputar agar dan tidak langsung jatuh.

Sistem tata kelola air itu, kata Azwar, harus menjamin sistem buka tutup untuk menjaga ketinggian air ketika musim hujan.  Begitu juga pada musim panas gambut tetap berair.

''Kalau itu bisa diterapkan, gambut bisa dimanfaatkan. Hanya saja pengelolaan tidak boleh partial. Karena itu pemberlakuan zonasi,” kata Azwar.

Azwar mencontohkan, di Bengkalis, Riau terdapat korporasi yang mampu mengelola gambut dengan menerapkan sistem air berputar. ''Sistem ini cukup baik karena ketinggian air di gambut tetap terjaga. Bahkan air yang berasal dari gambut tersebut digunakan dapat dimanfaatkan sebagai air keemasan,'' kata Azwar.

Pemanfaatan Gambut Dunia

Luas gambut dunia sekitar 300 juta ha, atau sekitar 2% luas daratan di dunia. Deposit gambut tersebar di banyak tempat di dunia, terutama di Rusia Skandinavia (Norwegia, Swedia, Finlandia), Irlandia, Polandiam Jerman utara, Belanda dan Amerika Serikat kasusnya di Kanada.

Menurut Basuki, sekitar 60% lahan basah di dunia adalah gambut dan sekitar 7% dari lahan-lahan gambut itu telah dibuka dan dimanfaatkan untuk bahan bakar, pertanian dan kehutanan.

Gambut adalah bahan akar penting di negara negara Eropa seperti Irlandia dan Skotlandia. Gambut digunakan sebagai bahan untuk memasak dan pemanas rumah tangga.Secara modern, gambut dipanen dalam skala industri dan dipakai untuk bahan bakar pembangkit listrik, pembangkit listrik tenaga gambut terbesar ada di Finlandia yakni Toppila Power Station sebesar 190 MW.

Basuki menjelaskan, gambut digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Di Jepang gambut direklamasi menjadi lahan sawah. Di Eropa lahan gambut digunakan sebagai  lahan pertanian hortikultura. Di Indonesia gambut dapat digunakan untuk perkebunan HTI, sawit. ***

Editor:Hermanto Ansam
Kategori:Umum, Riau
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/