Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
7 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
9 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
7 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
8 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
Ekonomi
10 jam yang lalu
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
6
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
6 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Home  /  Berita  /  GoNews Group
Wonderful Indonesia 2016

Di Belitung Menpar Arief Bicara Destinasi Waktu, Maksudnya Apa Ya?

Di Belitung Menpar Arief Bicara Destinasi Waktu, Maksudnya Apa Ya?
Menpar Arief Yahya. (net)
Selasa, 08 Maret 2016 20:50 WIB
Penulis: Daniel Caramoy
JAKARTA- Menteri Pariwisata Arief Yahya tiba-tiba bicara soal destinasi tanpa ruang, di Belitung. Bukan lagi memperbincangkan 3A yang menjadi rumus andalannya, akses, atraksi dan amenitas, tetapi bicara soal time.

"Ya, hanya 12 provinsi di Indonesia, hanya di tempat kita saja yang kena di daratan dan hanya 9 maret 2016 dalam 3,5 abad fenomena alam ini terjadi," jelas Arief Yahya, di Seminar GMT di Negeri Laskar Pelangi itu.

Menurut Arief, destinasi dalam pariwisata masa kini, bukan semata-mata tempat (space, topos), yang bisa dipijak, bisa diraba dan kasat mata. Waktu atau public time, atau chronos juga sebuah destinasi. Karena itu ribuan wisman asal Eropa, Amerika, Jepang, dan lainnya berduyun-duyun ke 12 provinsi itu hanya mengejar momentum 2-3 menit GMT.

Tidak teramat peduli, lokasinya ada di mana,tempatnya bagus apa tidak, atau wilayahnya ada akses dan amenitas apa tidak. Rumah penduduk atau home stay pun jadi, bahkan tidur di tenda juga dijalani, untuk tidak kehilangan kesempatan merasakan sensasi gerhana matahari total.

"Mereka adalah pemburu-pemburu destinasi waktu! Kita beruntung, Tuhan memberi bonus GMT di Indonesia. Even utamanya diciptakan Tuhan, kita tinggal mengemas dan mempromosikan," jelas Arief Yahya yang memberikan keynote speech berjudul "Gerhana Matahari: Monumen Destinasi Waktu".

Peristiwa Gerhana Matahari, kata dia, adalah sebuah tujuan ruang waktu. Terjadi pada waktu tertentu, pada tempat tertentu, dalam pencarian posisi dan hubungan kita dengan alam semesta. "Kebetulan lagi, fenomena itu melintasi Belitung, yang sedang diproyeksikan sebagai salah satu dari 10 top destinasi prioritas. Maka serba kebetulan ini harus dimaknai sebagai salah satu tanda zaman, bahwa saatnya pariwisata menjadi andalan di masa depan," kata Arief Yahya.

Jika anda terbang dari Jakarta ke Belitung, 8 Maret 2016, Anda seperti sedang berada di Eropa atau Amerika. 80 persen penumpangnya bule, dan mereka membawa perlengkapan teleskop dan kamera. Mereka ada wisman pemburu GMT.

Dan mereka baru terkaget-kaget begitu melihat Belitung dengan pantai yang indah, alam yang cantik, pasir putih, laut yg bening.Mengapa Kemenpar gencar mempromosikan GMT. Di 12 Provinsi, yang tidak semuanya siap dengan akses dan amenitas. Rupanya inilah jawabannya.

"Biar wisman datang dulu, begitu melihat atraksi dan alam yang bagus, kelak mereka akan datang lagi. Itulah mengapa kami buat 100 event di saat GMT, biar culturalnya juga ikut menjadi daya tarik yang kuat," kata Menpar yang sempat mewawancara beberapa turis di Belitung.

Tugas selanjutnya adalah mengabadikan sebuah peristiwa menjadi destinasi berkelanjutan. Disinilah pentingnya monumen yang memiliki sandaran sejarah, arkeologis, astronomi, ilmu pengetahuan, yang mengingatkan GMT 2016. Peristiwa alam yang langka dan menjadi titik balik bagi wisata "destinasi waktu".

Arief Yahya memang tampil beda di seminar kali ini. Kalau biasanya selalu menampilkan angka-angka, destinasi, originasi, capaian, promosi, dan sebangsanya, di Belitung dia bertutur soal budaya, tradisi, sejarah dan peradaban yang dibangun sejak abad ke-7. Prasasti-prasasti kuno, doa-doa zaman dulu, yang pernah di dilakukan leluhur menjelang GMT.

Andrea Hirata di Seminar yang diselenggarakan oleh Kompas dan Kementerian Pariwisata itu lebih banyak menceritakan salah satu cara untuk mempromosikan Belitung dengan Novel dan Film Laskar Pelangi.

Dia memang rela membebaskan siapa saja untuk menggunakan istilah Laskar Pelangi. "Bebas, tidak dipungut biaya royalty, bahkan kalau ada yang mau bayarpun saya tidak mau menerimanya," kata Andrea dengan topi hitamnya yang khas.

Setelah Seminar GMT, menpar berkeliling ke objek-objek wisata di Beltim, diantaranya Klenteng Kelapa Kampit, Klenteng Dewi Kwan Im, lalu ke Pantai Burong Mandi. Bersama Gubernur Rustam Effendi dan Bupati Beltim Yuslih Ihza Mahendra melihat potensi wisata yang bisa dikembangkan ke depan. Bupati Belitung Sahani Saleh juga ikut menjadi nara sumber dalam seminar itu. (*/dnl)

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77