Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
9 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
2
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
9 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
3
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
5 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
4
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
3 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
5
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
5 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
6
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Olahraga
3 jam yang lalu
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Pabrik CPO di Dumai Hasilkan 600 Ton Limbah B3 Setiap Hari, KLH Belum Punya Solusi

Pabrik CPO di Dumai Hasilkan 600 Ton Limbah B3 Setiap Hari, KLH Belum Punya Solusi
Limbah B3 jenis spent earth (sebelah kiri) yang berwarna coklat digunakan masyarakat di Kota Dumai, Riau, sebagai tanah timbun dan limbah B3 jenis fly ash dan bottom yang digunakan sebagai batako pres (sebelah kanan).
Rabu, 13 April 2016 19:28 WIB
Penulis: Eric
DUMAI - Keberadaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), begitu dekat dengan masyarakat di Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai, Riau. Hal itu terbukti, limbah B3 jenis Spent Bleaching Earth (hasil bleaching cpo dengan tanah liat, red), serta Fly Ash dan Bottom Ash (hasil pembakaran batubara dengan cangkang sawit berupa debu halus, red), digunakan masyarakat meskipun beracun dan berbahaya.

Informasi yang dirangkum GoRiau.com, dalam sehari satu perusahaan Crued Palm Oil (CPO) di Kota Dumai, mampu menghasilkan limbah B3 kategori 1 (berbahaya) fly ash dan bottom ash, sebanyak 30 ton sampai 40 ton. Sementara limbah B3 kategori 2 (kurang berbahaya) spent bleaching earth, sebanyak 30 ton hingga 40 ton.

Sehingga satu perusahan cpo, mampu menghasilkan 60 ton limbah B3. Dimana saat ini ada 10 perusahaan cpo yang aktif dalam menghasilkan limbah B3 tersebut. Jadi, dalam sehari 10 perusahaan cpo di Kota Dumai bisa menghasilkan 600 ton limbah B3 kategori 1 dan kategori 2. Limbah tersebut sebelum diangkut diletakkan di tempat penyimpanan sementara. Yang mana masa penyimpanan limbah B3, ada yang 90 hari, 180 hari, dan 365 hari, tergantung tipe limbah B3, yaitu kategori 1 atau kategori 2.

Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Tuti Hendrawati, dalam pemberitaan di GoRiau.com, Kamis (07/4/2016) menjelaskan, bahwa limbah B3 jenis fly ash dan bottom ash, jika tertiup angin dan terhirup manusia, akan menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Sementara kalau hujan, airnya bisa mencemari lingkungan karena bersifat asam (mengandung sulfur, red) dan merusak kesuburan tanah.

"Untuk mengangkut limbah b3, harus menggunakan transporter (pengangkut limbah) dengan rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan izin dari Kementerian Perhubungan. Sementara pihak pegumpulan harus ada izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Kalau tidak ada izin dari kedua kementerian itu, jelas melanggar hukum," ungkapnya.

Ia melanjutkan, perusahaan-perusahaan di Kota Dumai yang melanggar hukum bisa disegel sampai perusahan yang bersangkutan mentaati peraturan yang berlaku dan dicabut izin usahanya oleh pemberi izin perusahaan.

"Bagaimana pun juga setiap perusahaan harus memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dalam izin limbah b3, kalau tidak ada izin itu sudah melanggar," bebernya.

Sementara itu Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Dumai, Bambang Surianto kepada GoRiau.com, Rabu (13/4/2016) di kantronya menjelaskan, bahwa hingga saat ini pihaknya tidak mengetahui kemana dibuangnya limbah B3 (spent bleaching earth, fly ash dan bottom ash). Dimana seharusnya selelah dari tempat penyimpanan sementara, dibawa oleh pengangkut limbah untuk dikirim kepada pemanfaat.

"Pemanfaat yang ada baru di Medan (Sumatera Utara) dan di Pulau Jawa. Kalau di Riau sendiri belum ada perusahaan pemanfaat limbah B3. Sehingga limbah B3 dalam diolah lagi menjadi tanah timbun, batako pres dan lainnya," kata Bambang.

Menurutnya, limbah B3 sebelum digunakan oleh masyarakat harus diolah terlebih dahulu menggunakan peralatan khusus untuk menekan kandungan limbah B3, sehingga aman digunakan. "Saat ini kita masih usahakan ada perusahaan yang bisa mengkelola limbah B3 di Kota Dumai, dari perusahaan cpo yang ada," tutup Bambang menjelaskan kepada GoRiau.com. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/