Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
13 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
2
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
9 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
3
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
7 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
4
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
2 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
5
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
6 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
6
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
1 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Home  /  Berita  /  GoNews Group
Menpar Arief Yahya Launching Semarang Great Sale & Night Carnival 2016 (bagian-1)

Shopping-Kuliner, Capai 45 Persen dari Cultural Tourism

Shopping-Kuliner, Capai 45 Persen dari Cultural Tourism
Ilustrasi, Launching Semarang Greet Sale and Night Festival 2016. (net)
Kamis, 14 April 2016 11:57 WIB
Penulis: Daniel Caramoy
JAKARTA- Suasana Semarang dan nuansa Jawa Tengah begitu kental di Balairung, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakpus, Rabu malam, (13/04/2016).

Sejak memasuki lobi utama lantai 2, gapura berlogo Pesona Semarang dan Wonderful Indonesia sudah menyapa pengunjung. Turun ke lantai 1, gunungan wayang kiri dan kanan semakin memperkuat aroma Kota Semarang, yang menjadi ibu kotanya provinsi Jawa Tengah.

Memasuki Balairung, semua kursi penuh terisi. Sayap kiri, ada stage kecil berisi gamelan Jawa dengan para penabuh nada cilik. Desain stagenya, berarsitektur rumah tradisional joglo dan gebyok ukir. Ada kado besar berwarna merah di sayap kanan panggung utama. Penampilan penari-penari Gambang Semarang juga gesit dan lincah. Replika “Warak Ngendok” yang diangkat berempat, menjadi ciri khas tradisi Kota Lumpia itu.

Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya merasa surprise melaunching Semarang Great Sale & Night Carnival 2016 yang akan digelar pada 1-31 Mei 2016 ini. Wisata belanja itu termasuk dalam Cultural Tourism yang menjadi alasan terkuat 60% wisman datang ke tanah air. Dari 60% cultural tourism itu, wisata belanja dan kuliner sudah 45%, wisata budaya dan sejarah 20% dan wisata kota dan desa 35%. “Kalau dari spending-nya, kuliner tertinggi dengan 32%, lalu fashion 30%, baru craft atau souvenir. Karena itu, adik-adik yang fashion show tadi, jangan berhenti hanya sampai di sini saja. Harus berlanjut ke commercial value,” kata Arief.

Tokoh-tokoh Semarang rupanya juga kompak hadir di Balairung. Seperti Gubernur Ganjar Pranowo, Walikota Semarang Hendi Hendrar Prihadi, Wawalikota Hevearita Gunaryanti, Mantan Menhan dan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Irwan Hidayat Presdir PT Sidomuncul dan masih banyak tokoh asli Semarang lainnya.

Pilihan Kota Semarang untuk mengembangkan cultural industry atau creative industry, seperti shopping, fashion, dan aktivitas creative lain itu sudah on track. Sudah berada di rel yang benar, jika dilihat dari trend revolusi peradaban manusia seperti yang pernah diprediksi oleh Alvin Toffler, dengan The Future Shock “The Third Wave itu. “Peradaban manusia itu berkembang, dari Gelombang Agriculture, Gelombang Manufacture, Gelombang Teknologi Informasi, dan ke depan adalah Cultural Industry,” ungkap Mantan Dirut PT Telkom ini.

Arief Yahya yang asli Banyuwangi, Jatim ini mencontohkan, Google yang hanya dibangun awalnya oleh tidak lebih dari 20 orang, sekarang menjadi perusahaan aplikasi terbesar di dunia dengan value USD 400 Miliar. WhatsApp (WA), perusahaan yang rugi saja, dibeli Facebook dengan USD 20 Miliar.

“Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi walikota untuk menaikkan value daerahnya, hanya dengan pariwisata dan creative industry. Saya tahu, walikota sangat terbatas resources-nya. Oke, kalau trade and investment yang mau dijadikan lokomotif, jadikan tourism sebagai alat diplomasi ekonomi terbaik,” ujar peraih Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.

Dia mencontohkan Bandung. Kota Kembang itu juga tidak punya apa-apa, dari kekayaan alamnya. Mereka hanya punya modal, oleh UNESCO, Bandung ditetapkan sebagai Kota Creative dunia. “Gunakan momentum Great Sale itu sebagai alat untuk menaikkan value Kota Semarang,” tandasnya.

Gubernur Ganjar Pranowo heran, di mana-mana orang heboh dengan krisis. Banyak orang mengaku stres, mereka ketakutan dengan hantu blau. Mereka tidak merasa pede, untuk bersaing di MEA 2016 (Masyarakat Ekonomi ASEAN, red). “Padahal, kita ini sama-sama ngeri, kita mau diserang atau mau menyerang. Negara-negara ASEAN juga punya perasaan yang sama. Yang paling menarik adalah pariwisata, orang cerita macam-macam, tapi semua orang piknik. Karena itu, Semarang Great Sale ini akan mengundang orang untuk datang, berwisata dan bergembira ke Kota Semarang,” ujar Ganjar.

Gairah pariwisata di Jawa Tengah juga bergerak agresif. Dieng Festival sudah mulai pemanasan dan siap Go International. Jazz di Atas Awan di Dieng juga siap menuju ke level global. Borobudur juga sudah menyiapkan, Marathon, Half Marathon, Ambassador Run,

Kota Semarang makin menarik, makin berdandan. Walikota Semarang lagi mendorong dengan memoles event. Kota lama juga ingin regulasinya segera diselesaikan dengan baik. Cagar budaya kita hargai, tapi kepemilikan bingung semua. “Banyak bangunan yang pemiliknya demit mas? Nggak kelihatan. Kami ingin menata ulang, landscape-nya, dibangun fisik, diisi dengan events-nya. Kita lagi dorong menjadi heritage dunia, UNESCO site,” kata Ganjar.

Gubernur berwajah ganteng ini juga penasaran dengan status kepemilikan tanah dan bangunan di kota lama itu. Sampai-sampai dia berpikir, bagaimana kalau bangunan itu diumumkan ke public, ditunggu sampai beberapa waktu, kalau tidak ada yang merasa memiliki, maka itu akan dikuasai negara. “Karena sampai sekarang pun belum terlacak semua, pemiliknya,” kata Dia. (*/dnl) bersambung...

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/