Irjen Boy Rafli Amar Hingga Kapolda Riau Kasih Jempol Buat si Polisi Ngamen Asal Pekanbaru

PEKANBARU - Nama Candra Ilyas, polisi berpangkat Bripka yang tugas di Mapolsek Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Riau tiba-tiba nyentrik usai 'ketahuan' ngamen di kafe bilangan Jalan Jenderal Sudirman, Jumat (5/8/2016) malam lalu.

Sebab, aktivitas tersebut ia lakoni tanpa harus menganggu jam tugasnya sebagai polisi, dan semata-mata mengisi waktu kosong saat lepas dinas. Tak ayal, apa yang dilakukan Bripka Candra pun dalam waktu singkat langsung direspon para pimpinannya.

"Iya, ini bagus sekali. Saya pribadi sudah meneruskannya ke Pak Kapolri (Jendral Tito Karnavian, red)," jawab Kapolda Riau, Brigjen Pol Supriyanto saat berbincang dengan GoRiau.com, Minggu (7/8/2016) siang.

Sebagai Kapolda, Supriyanto mempersilahkan Bripka Candra untuk menyalurkan bakat positif tersebut agar terus berkembang. Dengan syarat, tidak menganggu tugas-tugas kedinasan yang menjadi tanggung jawab seorang abdi negara.

"Silahkan, bakat positif harus dikembangan, sepanjang tidak menganggu tugas. Polisi itu sebagai insan Bhayangkara harus tetap jadi pelindung, pengayom, pelayan masyarakat dan penegak hukum," pesan Brigjen Supriyanto kepada anggotanya ini.

Bahkan Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Drs Boy Rafli Amar juga memberikan apresiasi serupa. Boy Rafli yang bergelar Datuak Rangkayo Basa ini justru lebih unik mengekspresikannya, yakni memberikan emote jempol (ke atas) buat Bripka Candra.

"Semoga tidak lupa dengan tugasnya sebagai polisi," kata Irjen Boy Rafli Amar kepada GoRiau.com, Minggu siang.

Bripka Candra yang sempat ngobrol dengan GoRiau.com, Jumat malam itu mengaku sudah menyukai musik sejak dirinya SD. Bahkan ia pernah ngamen mulai dari kaki lima dan sekarang di kafe bersama rekan-rekan sipilnya.

Jangan tanya soal materi, karena hasilnya mesti dibagi-bagi. Untung kalau lagi ramai, jika tidak, uang keringat hasil main itu habis buat makan di jalan. "Paling mahal pernah dibayar Rp500 sekali manggung, itu event," jawab Candra.

"Kalau paling kecil pernah dibayar Rp50 ribu. Itu jaman sudah jadi polisi. Nah dulu sebelum jadi polisi pernah dibayar makan aja. Tapi tetap ini rejeki," singkat pria kelahiran Palembang itu.

Sebab itu ia tidak terlalu hitung-hitungan. Baginya bermusik adalah kesukaan. "Kalau polisi itu pilihan, tapi kalau bermusik itu bagian dari hidup manusia, termasuk saya, tak akan bisa lepas dari yang namanya musik. Itu bagian hidup," yakinnya sambil tersenyum. ***