YGHL Pertanyakan Kompensasi Hutan Aceh Selatan Sebagai Paru-paru Dunia
Penulis: Al Fahd Radi Fahlefi
"Aceh Selatan memiliki 2/3 KEL di Provinsi Aceh, di antaranya sejumlah kawasan rawa gambut dan hutan lindung. Seperti rawa suaka margasatwa Singkil dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Hutan-hutan ini, merupakan cadangan korbohidrat untuk mengurangi panas bumi dunia," papar Sarbunis, Selasa (23/8/2016) di Gedung DPRK Aceh Selatan.
Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) pembahasan Rancangan Qanun (Raqan) RPJM Aceh Selatan 2013-2018 diuraikan, Pemda dan masyarakat sudah menjaga dan melestarikan keberadaan hutan sebagai paru-paru dunia. Namun apa yang diperoleh sebagai kompensasinya.
"Saya rasa selama ini Aceh Selatan tidak mendapatkan Corporate Soscial Responsibility (CSR) dari negara-negara maju dan industri. Sementara karbohidrat dibutuhkan dari hutan Aceh Selatan untuk mengurangi panas bumi. Pemerintah daerah harus mencari peluang dan menerobos titik kendala, penyebab tidak mendapat kompensasi ini," tukasnya.
Menurut Sarbunis, Pemkab Aceh Selatan pernah mendidik putra daerah ke Bogor, Jawa Barat. Tujuannya, agar daerah memiliki SDM dalam menginplementasikan produksi karbonhidrat. Namun semua itu sia-sia, daerah tetap tidak memiliki keuntungan.
Kepada GoAceh dijabarkan, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perancis tentang perubahan iklim dunia. Negara-negara maju dan industri sepakat memberikan kompensasi kepada negara yang memiliki hutan penghasil karbanhidrat.
"Pertanyaannya, di mana CSR itu nyangkut sehingga tidak pernah sampai ke Aceh Selatan. Jika sebagian dana kompensasi itu diperoleh, maka daerah tidak terlalu sulit menggali PAD seperti dirumuskan dalam draf RPJM," pungkas direktur YGHL.
Editor | : | Kamal Usandi |
Kategori | : | Umum, GoNews Group |