Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
21 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
2
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
15 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
3
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
17 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
4
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
9 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
5
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
10 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
6
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
14 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Home  /  Berita  /  GoNews Group

YGHL Pertanyakan Kompensasi Hutan Aceh Selatan Sebagai Paru-paru Dunia

YGHL Pertanyakan Kompensasi Hutan Aceh Selatan Sebagai Paru-paru Dunia
Ilustrasi hutan lebat
Selasa, 23 Agustus 2016 22:31 WIB
Penulis: Al Fahd Radi Fahlefi
TAPAKTUAN -  Direktur Yayasan Gampong Hutan Lestari (YGHL) Aceh Selatan, Sarbunis mempertanyakan kompensasi  Kawasan Ekosistim Leuser (KEL), terhadap perubahan iklim dunia. Sejauh ini, daerah belum mendapat apapun dalam melestarikan hutan lindung.

"Aceh Selatan memiliki 2/3 KEL di Provinsi Aceh, di antaranya sejumlah kawasan rawa gambut dan hutan lindung. Seperti rawa  suaka margasatwa Singkil dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Hutan-hutan ini, merupakan cadangan korbohidrat untuk mengurangi panas bumi dunia," papar Sarbunis, Selasa (23/8/2016) di Gedung DPRK Aceh Selatan.

Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) pembahasan Rancangan Qanun (Raqan) RPJM Aceh Selatan 2013-2018 diuraikan, Pemda dan masyarakat sudah menjaga dan melestarikan keberadaan hutan sebagai paru-paru dunia. Namun apa yang diperoleh sebagai kompensasinya.

"Saya rasa selama ini Aceh Selatan tidak mendapatkan Corporate Soscial Responsibility (CSR) dari negara-negara maju dan industri. Sementara karbohidrat dibutuhkan dari hutan Aceh Selatan untuk mengurangi panas bumi. Pemerintah daerah harus mencari peluang dan menerobos titik kendala, penyebab tidak mendapat kompensasi ini," tukasnya.

Menurut Sarbunis, Pemkab Aceh Selatan pernah mendidik putra daerah ke Bogor, Jawa Barat. Tujuannya, agar daerah memiliki SDM dalam menginplementasikan produksi karbonhidrat. Namun semua itu sia-sia, daerah tetap tidak memiliki keuntungan.

Kepada GoAceh dijabarkan, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perancis tentang perubahan iklim dunia. Negara-negara maju dan industri sepakat memberikan kompensasi kepada negara yang memiliki hutan penghasil karbanhidrat.

"Pertanyaannya, di mana CSR itu nyangkut sehingga tidak pernah sampai ke Aceh Selatan. Jika sebagian dana kompensasi itu diperoleh, maka daerah tidak terlalu sulit menggali PAD seperti dirumuskan dalam draf RPJM," pungkas direktur YGHL.

Editor:Kamal Usandi
Kategori:Umum, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/